Uang dan Bahagia: Survei Ungkap Pengaruhnya pada 90% Orang

Posted on

Sebuah survei terbaru yang dilakukan Katadata Insight Center (KIC) mengungkap fakta menarik: sembilan dari sepuluh responden meyakini bahwa uang memiliki pengaruh langsung terhadap tingkat kebahagiaan mereka. Namun, paradoksnya, sebagian besar, atau delapan dari sepuluh responden, justru mengaku kesulitan dalam mengelola keuangan pribadi.

Kesenjangan antara harapan dan realita pengelolaan keuangan ini tidak tanpa konsekuensi. Survei yang sama menunjukkan bahwa 70 hingga 80 persen responden secara spesifik menyebut kondisi ekonomi pribadi sebagai pemicu utama tekanan psikologis yang mereka alami. Hal ini menandakan adanya korelasi kuat antara stabilitas finansial dan kesehatan mental.

Menanggapi temuan krusial ini, Prita Ghozie, CEO sekaligus Lead Financial Planner dari ZAP Finance, menegaskan betapa eratnya hubungan antara keuangan dengan kondisi fisik dan mental seseorang. Dalam acara Teman Kota, Jumat (7/11), Prita menjelaskan, “Masalah keuangan itu erat banget kaitannya dengan fisik kita atau tubuh kita.” Pernyataannya ini menyoroti dampak mendalam yang bisa ditimbulkan oleh kesehatan finansial terhadap kesejahteraan individu secara keseluruhan.

Prita lebih lanjut menguraikan bahwa ketidakmampuan dalam pengelolaan keuangan kerapkali memicu dampak berantai yang mengganggu keseimbangan hidup. Sinyal awal dari buruknya pengelolaan keuangan, menurutnya, seringkali terwujud dalam bentuk menumpuknya utang dari layanan pinjol (pinjaman online) dan paylater yang tidak terkendali.

Efek domino dari pengelolaan keuangan yang buruk terasa secara langsung dan progresif. Tahap kedua adalah ketidakmampuan untuk menabung, sebuah indikator krusial yang menunjukkan rapuhnya fondasi finansial. Kemudian, pada tahap ketiga, kesulitan akan muncul dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup esensial, yang puncaknya dapat memicu beragam masalah kesehatan mental akibat stres finansial berkepanjangan.

Melihat rantai dampak yang destruktif ini, Prita Ghozie menekankan pentingnya bagi masyarakat untuk lebih waspada dan cermat dalam mengatur pengeluaran. Tujuannya jelas, agar tidak terjerumus ke dalam siklus stres finansial yang dapat mengancam kesejahteraan finansial dan mental dalam jangka panjang.

Ringkasan

Survei Katadata Insight Center (KIC) mengungkap bahwa sembilan dari sepuluh orang percaya uang berpengaruh pada kebahagiaan mereka, namun delapan dari sepuluh kesulitan mengelola keuangan. Kondisi ekonomi pribadi menjadi pemicu utama tekanan psikologis bagi 70-80% responden, menandakan korelasi antara stabilitas finansial dan kesehatan mental.

CEO ZAP Finance, Prita Ghozie, menekankan eratnya hubungan keuangan dengan kondisi fisik dan mental. Pengelolaan keuangan yang buruk dapat memicu utang pinjol/paylater, ketidakmampuan menabung, kesulitan memenuhi kebutuhan, hingga masalah kesehatan mental akibat stres finansial. Masyarakat perlu cermat mengatur pengeluaran untuk menghindari siklus stres finansial.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *