
Meskipun kembali gagal menjaga gawang dari kebobolan, Hansi Flick, pelatih Barcelona, dengan tegas menyatakan komitmennya untuk tidak mengubah filosofi permainan menyerang tim. Penegasan ini muncul setelah hasil imbang dramatis 3–3 melawan Club Brugge dalam laga keempat fase grup Liga Champions, yang berlangsung di Stadion Jan Breydel, Bruges, Belgia, pada Kamis dinihari, 6 November 2025.
Dalam pertandingan yang sarat gol tersebut, Barcelona dipaksa bangkit dari ketertinggalan sebanyak tiga kali. Ironisnya, setiap kali Blaugrana berhasil menyamakan kedudukan, Club Brugge dengan sigap memanfaatkan celah di balik garis pertahanan tinggi mereka. Seluruh gol tuan rumah tercipta melalui skema transisi cepat yang efektif, mengekspos ruang-ruang kosong di lini belakang Barcelona.
Hasil imbang ini tidak hanya menyisakan rasa frustrasi, tetapi juga memperpanjang catatan tanpa clean sheet Barcelona menjadi sembilan pertandingan di semua kompetisi, sebuah rekor terpanjang sejak tahun 2013. Meski demikian, Flick tetap teguh, menegaskan bahwa ia tidak akan berkompromi dengan identitas permainan yang diyakininya sejalan dengan DNA klub.
“Kami memang bisa memilih jalur lain, bermain dengan blok rendah dan lebih defensif di sepertiga akhir lapangan,” jelas Flick dalam konferensi pers usai laga, seperti dikutip dari ESPN. “Namun, kami akan melanjutkan dengan cara kami, dengan filosofi yang kami anut, dan berupaya untuk membuatnya jauh lebih baik. Tanpa intensitas yang memadai, Anda tidak akan memiliki peluang nyata di Liga Champions.”
Pelatih asal Jerman itu lebih lanjut menegaskan bahwa akar permasalahan Barcelona bukanlah pada sistem permainan, melainkan pada kurangnya konsistensi dalam intensitas dan koordinasi antarlini, terutama saat kehilangan penguasaan bola. “Di lini tengah, kami sering gagal memberikan tekanan yang cukup pada bola dan tidak memenangkan duel-duel penting. Akibatnya, lini belakang kami kesulitan menghadapi para pemain lawan yang memiliki kecepatan,” papar Flick. “Ini yang harus kami perbaiki; kami akan menganalisis semuanya dan berdiskusi dengan para pemain.”
Ketika disinggung mengenai kemungkinan untuk mempertimbangkan gaya bermain yang lebih konservatif, Flick kembali menolak gagasan tersebut dengan nada tegas. “Saya sudah menjawab pertanyaan serupa sebanyak dua kali,” ujarnya. “Itu bukanlah jalan yang akan kami tempuh untuk berubah. Kami adalah Barca, dan kami bertekad memainkan sepak bola kami. Gaya kami adalah aktif dan penuh intensitas, baik saat menguasai bola maupun tanpa bola.”
Bagi Flick, mengubah gaya permainan bukan solusi yang tepat. “Memang benar bahwa saat ini, di beberapa momen krusial, kami kehilangan intensitas. Namun, ini bukan persoalan filosofi,” tegas Flick. “Semua orang sadar ini bukan periode terbaik kami, tetapi saya pribadi selalu berpikir positif. Kami terus bekerja keras, dan saya yakin kami mampu mencapai level permainan yang lebih tinggi.”
Hasil imbang di markas Club Brugge menempatkan Barcelona dengan koleksi tujuh poin dari empat pertandingan Liga Champions, berada di posisi kesebelas dalam klasemen fase liga. Sementara itu, di kancah domestik LaLiga, Barcelona masih tertahan di posisi kedua, terpaut lima poin dari rival abadinya, Real Madrid.
Senada dengan Hansi Flick, gelandang andalan Barcelona, Frenkie de Jong, juga menyuarakan keyakinan bahwa timnya tidak perlu mengubah filosofi permainan. Menurut De Jong, fokus utama seharusnya adalah memperbaiki detail-detail kecil yang membuat tim kerap kelabakan menghadapi serangan balik lawan. “Ada beberapa aspek yang harus kami sesuaikan, kami memahami itu. Kami sudah bekerja keras, namun sayangnya, kami belum mampu menunjukkannya secara konsisten di lapangan saat ini,” ungkap De Jong.
De Jong secara spesifik menyoroti bahwa kelemahan terbesar Barcelona saat ini terletak pada koordinasi bertahan ketika menghadapi transisi cepat lawan. “Kami memang rentan dalam menghadapi serangan balik sekarang, baik itu dalam hal memantau pergerakan pemain lawan maupun penempatan posisi di lini belakang. Mungkin ada banyak faktor yang berkontribusi,” jelasnya. Ia menutup dengan pernyataan realistis, “Jika Anda sampai kebobolan tiga gol, sangat sulit untuk memenangkan pertandingan.”
Pilihan Editor: Hasil dan Klasemen Liga Champions: Man City Menang, Barca dan Chelsea Seri
Pilihan Editor: Analisis Penyebab Kekalahan Indonesia dari Zambia di Piala Dunia U-17 2025



