Blibli Rugi Rp 1,85 Triliun Kuartal III-2025: Analisis Mendalam & Dampaknya

Posted on

PT Global Digital Niaga Tbk., yang dikenal sebagai Blibli (dengan kode saham BELI), mengumumkan laporan keuangan kuartal III-2025 yang menunjukkan perbaikan signifikan dalam hal efisiensi operasional. Selama sembilan bulan hingga 30 September, Blibli berhasil menekan total kerugian menjadi Rp 1,85 triliun, menurun tipis 0,24 persen dibandingkan dengan kerugian Rp 1,86 triliun pada periode yang sama tahun 2024. Penurunan kerugian ini terjadi seiring dengan catatan positif pada sektor penjualan dan pendapatan usaha perusahaan.

Pertumbuhan kinerja Blibli terlihat jelas dari data penjualan dan pendapatan usaha yang mencapai Rp 15,2 triliun pada tahun 2025, melonjak 25,61 persen dari angka Rp 12,13 triliun pada periode yang sama tahun 2024. Kenaikan ini juga berdampak pada laba bruto yang tercatat sebesar Rp 2,6 triliun, meningkat 14,47 persen dari Rp 2,3 triliun di tahun sebelumnya. Data ini mengindikasikan ekspansi operasional yang berkelanjutan.

Meskipun pendapatan meningkat, kerugian Blibli terutama disebabkan oleh besarnya sejumlah beban operasional. Beban umum dan administrasi mencapai Rp 2,84 triliun, sedangkan beban penjualan tercatat Rp 1,52 triliun. Beban pokok penjualan dan pendapatan menjadi penyumbang terbesar dengan angka Rp 12,56 triliun. Ditambah lagi, perseroan menghadapi beban bunga dan keuangan sebesar Rp 182,9 miliar, beban pajak Rp 55,76 miliar, serta beban lainnya sebesar Rp 55,2 miliar. Pada periode tersebut, total utang perusahaan juga mencapai Rp 7,09 triliun.

Di sisi neraca, total aset Blibli pada kuartal III-2025 menunjukkan pertumbuhan yang solid, mencapai Rp 17,52 triliun. Angka ini menandai kenaikan sebesar 8,45 persen jika dibandingkan dengan Rp 16,16 triliun pada periode yang sama di tahun 2024.

Direktur PT Global Digital Niaga Tbk., Ronald Winardi, menguraikan bahwa kenaikan aset perusahaan disebabkan oleh kebutuhan modal kerja perseroan dan entitas anak yang mengikuti peluang pertumbuhan bisnis. Secara spesifik, kenaikan ini mencakup peningkatan persediaan sebesar Rp 1,03 triliun dan peningkatan piutang sebesar Rp 863 miliar.

Dalam penjelasan yang sama kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), tertanggal 29 Oktober 2025, terkait perubahan lebih dari 20 persen pada aset dan/atau liabilitas, Ronald Winardi turut menyoroti kenaikan liabilitas. Peningkatan tersebut, ujarnya, meliputi utang bank sebesar Rp 1,2 triliun, beban akrual sebesar Rp 138,9 miliar, utang lain-lain sebesar Rp 119,8 miliar, serta utang dagang sebesar Rp 474 miliar.

Memasuki ranah strategi pengembangan bisnis, Direktur Blibli, Andy Untono, sebelumnya telah menyatakan peluang perseroan untuk memperluas jaringan toko fisik pada tahun ini. Pada semester I-2025, BELI tercatat telah berhasil membuka 19 gerai fisik elektronik konsumen baru, menegaskan komitmen perusahaan terhadap strategi omnichannel yang menyeluruh.

Menurut Andy, Blibli terus mengkaji dan mengeksplorasi berbagai peluang usaha baru, termasuk potensi pembukaan toko fisik untuk kategori produk lainnya. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat kategori produk unggulan di pasar Indonesia sekaligus memperluas strategi omnichannel mereka. Penjelasan ini disampaikan dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, dikutip Selasa, 14 Oktober 2025.

Meski demikian, Andy menegaskan bahwa Blibli tidak menetapkan target jumlah pasti untuk pembukaan toko tahun ini, melainkan mengadopsi pendekatan yang lebih pragmatis dan adaptif terhadap kebutuhan pasar. “Kami melihat secara lebih pragmatis. Jika ada kebutuhan yang cukup tinggi, kami akan mempertimbangkan untuk membuka toko fisik di lokasi tersebut,” ungkapnya.

Hingga September 2025, jaringan toko fisik BELI telah berkembang pesat. Perusahaan kini mengoperasikan 236 toko elektronik konsumen yang terbagi atas 127 monobrand stores dan 109 multibrand stores. Selain itu, Blibli juga memiliki 58 gerai supermarket melalui Ranch Market dan Farmers Market, serta 36 home and living experience centers melalui Dekoruma, memperkuat jejak fisik mereka di berbagai segmen.

Andy menegaskan kembali bahwa strategi omnichannel merupakan pilar utama bagi Blibli untuk memfasilitasi interaksi konsumen, baik secara online maupun offline. Keberadaan toko fisik perseroan menjadi komponen esensial dalam mendukung dan mengoptimalkan strategi ini.

Ringkasan

Blibli mencatatkan kerugian sebesar Rp 1,85 triliun pada kuartal III-2025, sedikit menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan penjualan dan pendapatan usaha menjadi catatan positif, mencapai Rp 15,2 triliun, yang juga mendorong kenaikan laba bruto. Meskipun demikian, kerugian masih disebabkan oleh tingginya beban operasional dan beban keuangan perusahaan.

Perusahaan terus mengembangkan strategi omnichannel dengan memperluas jaringan toko fisik, termasuk gerai elektronik konsumen, supermarket, dan home and living experience centers. Total aset Blibli juga mengalami peningkatan menjadi Rp 17,52 triliun, seiring dengan kenaikan persediaan dan piutang. Peningkatan liabilitas juga tercatat, termasuk utang bank dan utang dagang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *