
Nama Bernardo Tavares seketika menjadi buah bibir di kalangan Bonek, pendukung setia Persebaya Surabaya. Gelombang spekulasi ini muncul pasca hasil imbang tanpa gol antara Persebaya dan PSBS Biak pada Jumat (24/10/2025). Banyak suporter kini menunjuk pelatih asal Portugal tersebut sebagai kandidat terkuat pengganti Eduardo Perez, yang posisinya kian terancam.
Meski berhasil membawa pulang satu poin dari Sleman, penampilan Persebaya Surabaya dianggap jauh dari identitas Green Force yang dikenal agresif dan penuh semangat. Kritik tajam mengalir deras, bahkan setelah tim bermain dengan sembilan pemain sejak babak pertama. Bagi sebagian besar Bonek, masalah utama bukan sekadar kartu merah, melainkan buruknya implementasi taktik sejak awal pertandingan.
Media sosial klub dibanjiri komentar pedas dan seruan untuk perubahan besar. Tagar #EduOut menggema kuat, mencerminkan hilangnya kepercayaan publik terhadap pelatih asal Spanyol itu. Mayoritas Bonek merasakan bahwa permainan Persebaya Surabaya semakin kehilangan arah dan terlalu bergantung pada performa individu, tanpa adanya kerangka tim yang solid.
“Bukannya pas 11 vs 11 juga susah menang?” salah satu komentar suporter yang viral, menggambarkan frustrasi kolektif terhadap performa tim yang stagnan, padahal materi pemain tergolong kompetitif. Kekhawatiran ini diperkuat oleh statistik pertandingan yang menunjukkan dominasi lawan.
Psikologi Ungkap 7 Kebiasaan Terabaikan Orang yang Tetap Sukses dan Bahagia Setelah Usia 65
Kiper Ernando Ari memang tampil brilian dengan sepuluh penyelamatan penting, namun data mengindikasikan bahwa Persebaya Surabaya lebih banyak bertahan dan minim ancaman ke gawang lawan. Dari 28 tendangan PSBS Biak, sepuluh di antaranya tepat sasaran. Sebaliknya, Persebaya hanya mencatat empat percobaan dengan tiga yang on target. Dominasi penguasaan bola pun hanya 41 persen, angka yang jelas menunjukkan tekanan besar sepanjang laga.
Narasi klub yang mengagungkan “perjuangan luar biasa” dengan dua pemain lebih sedikit justru memantik reaksi sebaliknya dari Bonek. Mereka menilai tim terlalu sering berlindung di balik alasan, alih-alih mencari solusi konkret untuk tampil lebih menyerang dan berani dalam setiap pertandingan.
Dalam situasi inilah nama Bernardo Tavares muncul sebagai secercah harapan di tengah kekecewaan suporter. Rekor impresifnya bersama PSM Makassar dianggap sebagai bukti nyata kemampuannya membangun tim yang tangguh, disiplin, dan efektif di setiap lini. Hal ini tentu menjadi daya tarik utama bagi manajemen Persebaya yang sedang mencari juru taktik baru.
Ramalan Zodiak Leo 28 Oktober 2025: Mulai dari Cinta, Karir, Kesehatan dan Keuangan
Dalam empat musim menukangi Juku Eja, Tavares mencatat 103 penampilan dengan 45 kemenangan, 37 hasil imbang, dan hanya 21 kekalahan. Ia berhasil mengumpulkan total 172 poin dengan rata-rata 1,67 poin per pertandingan. Catatan ini menunjukkan kestabilan luar biasa, terutama di kompetisi Liga 1 yang terkenal keras dan penuh tekanan. Di bawah asuhannya, PSM sukses mencetak 152 gol dan hanya kebobolan 97 gol, membuktikan keseimbangan solid antara lini serang dan pertahanan.
Konsistensi Tavares meyakinkan Bonek bahwa ia adalah pilihan tepat untuk menukangi Persebaya Surabaya yang selama ini dikenal punya gaya bermain cepat dan penuh determinasi. Para suporter percaya bahwa pelatih Portugal ini mampu mengembalikan semangat juang yang kini terasa hilang dari ruang ganti Green Force.
Pesona Tersembunyi di Probolinggo: 7 Destinasi Wisata yang Wajib Masuk Bucket List Kamu!
Sosok Tavares juga dikenal sebagai pelatih yang dekat dengan pemain namun tetap tegas dalam menjaga disiplin. Pendekatan ini dinilai sangat sesuai dengan kultur Persebaya Surabaya yang menuntut kerja keras, solidaritas, dan semangat pantang menyerah di setiap pertandingan. Ini adalah karakter yang sangat dirindukan oleh para pendukung.
Sebaliknya, Eduardo Perez dinilai terlalu lambat dalam beradaptasi dan belum mampu menemukan formula terbaik untuk memaksimalkan potensi skuadnya. Gaya bermainnya dianggap monoton dan terlalu berhati-hati, sehingga tim kesulitan berkembang dan seringkali tampil tanpa visi. Banyak suporter menilai Persebaya Surabaya kini butuh pelatih yang berani mengambil risiko dan memiliki identitas permainan yang jelas.
Dalam pandangan Bonek, Tavares adalah figur yang mampu mengembalikan identitas Green Force sebagai tim yang menyerang, agresif, dan penuh energi. Kegemilangan Tavares di PSM Makassar tidak lepas dari kemampuannya membaca karakter pemain lokal dan keberaniannya memberi kesempatan pada pemain muda, mengangkat performa mereka menjadi andalan di kasta tertinggi sepak bola nasional.
Prediksi Atalanta VS AC Milan : La Dea Belum Terkalahkan Melawan Rossoneri
Filosofi ini sangat selaras dengan DNA Persebaya Surabaya yang selalu dikenal sebagai “pabrik talenta” dari Surabaya. Jika manajemen Persebaya benar-benar ingin menghidupkan kembali roh perjuangan klub, nama Tavares jelas tidak bisa dikesampingkan dari daftar calon pelatih.
Meskipun belum ada pernyataan resmi dari manajemen Persebaya Surabaya mengenai masa depan Eduardo Perez, tekanan publik terus meningkat dari hari ke hari. Para suporter menuntut perubahan cepat sebelum posisi tim di klasemen semakin terpuruk dan mimpi meraih prestasi kian menjauh. Ini bukan sekadar soal hasil, tetapi tentang identitas permainan dan kebanggaan terhadap warna hijau kebesaran mereka.
7 Weton Sakti Lakuning Geni: Begini Kepribadian Langka yang Dimiliki Mereka
Kini semua mata tertuju pada langkah manajemen Persebaya Surabaya. Akankah mereka tetap memberi waktu bagi Eduardo Perez, atau mulai bergerak mendekati Bernardo Tavares yang kini tengah diidolakan publik Surabaya? Satu hal yang pasti, Bonek ingin melihat Persebaya Surabaya kembali menakutkan, bukan hanya bertahan dan berharap keberuntungan. Di mata mereka, Bernardo Tavares adalah simbol harapan baru untuk mengembalikan kejayaan Green Force di kancah sepak bola nasional.



