
mellydia.co.id – Kekalahan di El Clásico selalu menyisakan duka mendalam, terutama bagi Barcelona yang menganggap duel ini sebagai tolok ukur kekuatan mereka di La Liga. Setelah sukses menundukkan Real Madrid dua kali musim lalu untuk mengamankan gelar juara, kekalahan 1-2 di Santiago Bernabéu akhir pekan ini terasa bagai pil pahit yang sulit ditelan.
Melansir Sports Illustrated, Barcelona datang ke laga krusial ini dalam kondisi yang jauh dari ideal. Daftar cedera masih mengular, Raphinha absen, dan sang pelatih, Hansi Flick, terpaksa menyaksikan pertandingan dari tribun penonton akibat kartu merah yang didapatnya saat menghadapi Girona. Ironisnya, di saat yang sama, Real Madrid justru mendapatkan angin segar dengan kembalinya sejumlah pilar penting dari cedera, menambah jurang perbedaan kekuatan kedua tim.
Meskipun skor akhir hanya terpaut satu gol, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa Barcelona cukup beruntung. Statistik mencatat, Real Madrid berhasil melancarkan 23 tembakan dengan expected goals (xG) mencapai 3,6. Angka ini secara terang-terangan memperlihatkan betapa dahsyatnya tekanan yang harus ditanggung Blaugrana di Bernabéu.
Berikut adalah tiga masalah fundamental yang harus segera dibenahi Barcelona pasca-kekalahan memilukan di El Clásico.
Prediksi Starting XI Barcelona yang Akan Diturunkan Hansi Flick di Laga El Clasico
Ed Sheeran Jadi Sponsor di Jersey Barcelona Saat El Clasico Lawan Real Madrid
1. Barcelona Butuh Bek Baru di Bulan Januari
Kepergian Iñigo Martínez ke Al Nassr di musim panas ternyata meninggalkan kekosongan besar di jantung pertahanan Barcelona. Dengan kondisi finansial yang terbatas, Blaugrana gagal mendatangkan pengganti yang sepadan, dan kini keputusan itu terbukti fatal. Pau Cubarsí, bek muda berbakat, terlihat kewalahan dan kehilangan keseimbangan tanpa kehadiran sosok senior berpengalaman di sampingnya.
Meski Eric García sempat tampil menjanjikan musim lalu, duetnya dengan Cubarsí tak cukup tangguh menghadapi gempuran transisi cepat Real Madrid, terutama saat berhadapan dengan kecepatan Kylian Mbappé. Gerakan eksplosif Mbappé membuat García kelimpungan, kalah cepat, dan kurang agresif dalam duel satu lawan satu, sehingga tim tuan rumah dengan mudah mengeksploitasi celah di lini belakang.
Situasi ini semakin memperjelas pentingnya kehadiran sosok seperti Ronald Araújo, yang sayangnya belum sepenuhnya dipercaya oleh Hansi Flick. Jika pelatih asal Jerman itu tetap enggan mengandalkan Araújo, maka solusi paling realistis adalah mendatangkan bek tengah baru pada bursa transfer Januari mendatang untuk memperkuat lini pertahanan Barcelona.
2. Lamine Yamal Harus Belajar Mengendalikan Emosi
Usia muda seringkali menjadi pedang bermata dua, dan Lamine Yamal merasakan pahitnya di El Clásico kali ini. Bintang muda berusia 18 tahun itu datang ke laga panas ini dengan kepercayaan diri berlebih, bahkan mungkin cenderung arogan. Beberapa hari sebelum pertandingan, ia sempat memancing amarah fans Real Madrid dengan unggahan bernada ejekan di media sosial, mengingatkan mereka akan kemenangan Barcelona sebelumnya.
Alhasil, Santiago Bernabéu mempersiapkan “kampanye siulan” khusus untuknya. Setiap kali Yamal menyentuh bola, stadion bergemuruh dengan ejekan dan sorakan. Bukannya menjadi penyemangat, tekanan luar biasa itu justru membuatnya tampil frustrasi dan kehilangan fokus. Melansir Sports Illustrated, Yamal memang sempat lolos dari potensi penalti di awal laga, namun setelah itu performanya meredup total. Ia jarang terlihat mengancam dan kerap kalah dalam duel melawan Álvaro Carreras, bek kiri Real Madrid yang tampil impresif.
Bagi pemain muda dengan bakat sebesar Yamal, pelajaran terpenting bukan hanya soal teknik atau taktik, melainkan juga kemampuan mengendalikan ego dan emosi. Ia harus belajar menghadapi tekanan masif tanpa kehilangan konsentrasi, terutama di laga-laga panas seperti El Clásico. Bahkan setelah peluit panjang berbunyi, drama masih berlanjut. Yamal terlibat adu mulut dengan Dani Carvajal dan Vinícius Júnior, yang mengejeknya dengan kalimat tajam, “Kamu terlalu banyak bicara. Bicara sekarang!” Insiden ini semakin mempertegas bahwa Barcelona membutuhkan Yamal yang lebih dewasa, bukan sekadar berbakat.
3. Kartu Merah Pedri Menambah Derita Barcelona
Di tengah performa Barcelona yang naik-turun, Pedri seharusnya menjadi jangkar vital di lini tengah. Namun, nasib buruk menimpa sang gelandang muda di menit-menit akhir pertandingan. Setelah sempat tampil cukup solid, ia menerima kartu kuning kedua karena melanggar Aurélien Tchouaméni, yang membuatnya diusir dari lapangan.
Konsekuensinya, Pedri kini akan absen dalam laga La Liga berikutnya melawan Elche, tim kejutan yang tampil luar biasa musim ini. Situasi ini tentu saja semakin memperumit rencana Hansi Flick, yang juga sedang pusing karena kehilangan banyak pemain akibat cedera. Di sisi positif, absennya Pedri bisa membuka peluang bagi gelandang muda seperti Marc Casadó untuk mendapatkan menit bermain lebih banyak. Ia kemungkinan akan berduet dengan Frenkie de Jong, meskipun keduanya sempat dipaksa bermain sebagai bek tengah di penghujung laga El Clásico.
Melansir Sports Illustrated, Pedri sebenarnya tampil cukup baik sepanjang musim ini, namun di laga kontra Real Madrid, performa Jude Bellingham jelas lebih menonjol. Keputusasaan Pedri di menit akhir, yang terlihat dari sentuhan buruknya hingga berujung pelanggaran, secara gamblang mencerminkan kondisi mental dan fisiknya yang kelelahan. Kabar baiknya, Barcelona masih memiliki waktu. Dengan jeda sebelum laga Liga Champions melawan Club Brugge, Pedri bisa memulihkan diri dan kembali lebih segar. Namun demikian, absennya dia pasti akan sangat terasa dalam beberapa pekan ke depan.
Kekalahan di Bernabéu menjadi tamparan keras yang menyadarkan Barcelona. Mereka bukan hanya kalah secara skor, tetapi juga secara kedalaman skuad, mentalitas, dan pengalaman di lapangan.
Ringkasan
Kekalahan Barcelona dalam El Clasico mengungkapkan beberapa masalah mendesak yang perlu segera diatasi. Absennya pemain kunci seperti Raphinha dan hukuman untuk pelatih Hansi Flick semakin memperburuk keadaan tim. Real Madrid, sebaliknya, tampil dengan kekuatan penuh, memberikan tekanan besar yang tercermin dari statistik tembakan dan expected goals yang signifikan.
Tiga masalah utama yang disoroti adalah kebutuhan mendesak akan bek baru untuk menutupi kekosongan di lini pertahanan, pentingnya Lamine Yamal belajar mengendalikan emosi dan tekanan dalam pertandingan besar, serta dampak kartu merah Pedri yang memperburuk krisis pemain di lini tengah. Solusi untuk masalah-masalah ini krusial untuk memperbaiki performa Barcelona di pertandingan mendatang.



