
mellydia.co.id Hingga saat ini, Timnas Indonesia masih tanpa kepemimpinan di sektor staf kepelatihan, menyusul berakhirnya masa bakti Patrick Kluivert dan seluruh asistennya yang berasal dari Belanda.
Keputusan pemutusan kontrak tersebut merupakan hasil kesepakatan bersama, yang diambil setelah Timnas Indonesia dipastikan gagal melaju ke putaran final Piala Dunia 2026.
Situasi ini menjadikan periode kepelatihan Kluivert bersama skuad Merah-Putih terbilang singkat, hanya berlangsung selama sembilan bulan.
Ia sendiri baru ditunjuk untuk menukangi tim nasional pada Januari lalu, menggantikan posisi pelatih sebelumnya, Shin Tae-yong.
Timnas Indonesia Nyari Nakhoda Anyar, Sosok Pelatih Eropa Dirasa Masih Jadi yang Paling Tepat
Pencopotan Shin Tae-yong kala itu dinilai cukup kontroversial, mengingat keputusan tersebut diambil di tengah perjalanan krusial Indonesia menuju kualifikasi Piala Dunia 2026.
Ketika Shin Tae-yong dipecat, Timnas Indonesia hanya berjarak satu poin dari zona tiket otomatis ke babak selanjutnya, dengan empat pertandingan tersisa di fase kualifikasi.
Pemecatan mendadak ini sekaligus mengakhiri lima tahun masa pengabdian pelatih asal Korea Selatan tersebut di kancah sepak bola Indonesia.
Kini, Timnas Indonesia dihadapkan pada kenyataan untuk kembali memulai seluruh proses dari awal, menunggu penunjukan pelatih baru yang akan ditetapkan oleh PSSI.
Kondisi yang dialami Timnas Indonesia saat ini tidak luput dari perhatian media asing, khususnya media asal Vietnam, Znews.vn, yang memberikan sorotan tajam.
Menurut Znews, sepak bola Indonesia saat ini terperangkap dalam siklus berulang yang dibuatnya sendiri, sebuah pola yang terus-menerus kembali ke titik awal.
Znews mengamati bahwa tidak ada satu pun pelatih Timnas Indonesia yang diberikan waktu yang cukup untuk menuai hasil dari filosofi sepak bola yang mereka bangun dan implementasikan.
“Sepak bola Indonesia kini terjebak dalam perangkapnya sendiri,” tulis Znews, mengkritisi. “Setiap kali gagal, semuanya dimulai lagi, memecat pelatih, membatalkan rencana lama, membangun yang baru.”
“Tak ada pelatih yang punya cukup waktu untuk menanam benih filosofi, tak ada pemain muda yang diberi kesempatan untuk berkembang,” lanjutnya. “Ketika Patrick Kluivert pergi, ia tidak hanya membawa rencana taktiknya, tetapi juga staf pelatih, rencana latihan, dan sistem pengembangan yang telah ia bangun.”
“Setiap perubahan membuat Indonesia harus menunggu beberapa tahun lagi dan akhirnya terjebak di garis start,” imbuh media Vietnam itu.
Tampil Menawan Bersama Sassuolo, Kapten Timnas Indonesia Diprediksi Akan Segera Dipinang Klub Besar
Znews lebih lanjut menyatakan bahwa pengalaman Timnas Indonesia seharusnya menjadi sebuah pelajaran berharga sekaligus peringatan bagi negara-negara lain di Asia.
“Kini, Indonesia kembali ke titik awal, mencari pelatih baru, menyusun rencana baru, dan kembali menjanjikan,” kritik Znews. “Kisah mereka seharusnya menjadi peringatan bagi seluruh Asia, sepak bola bukanlah tempat untuk berspekulasi, melainkan tempat untuk kesabaran, kepercayaan, dan nilai-nilai abadi.”
“Anda dapat membeli bahan-bahan terbaik, menyewa koki terbaik, tetapi jika setiap kegagalan berarti mengganti orang yang memegang panci, satu-satunya hal yang akan Anda dapatkan adalah kekacauan,” tegas Znews dalam artikelnya.
Menurut pandangan Znews, hubungan yang erat antara tim nasional dan proses pembinaan usia muda adalah fondasi krusial agar sepak bola dapat berkembang secara berkelanjutan.
Namun, Znews menyimpulkan bahwa di Indonesia, hubungan vital tersebut selalu terputus akibat keputusan-keputusan jangka pendek yang kerap diambil oleh federasi.



