Sebuah kemenangan telak 5-1 Liverpool atas Eintracht Frankfurt di Liga Champions seharusnya menjadi euforia semata. Namun, laga tersebut justru menyisakan riak kontroversi tajam yang melibatkan dua bintangnya, Mohamed Salah dan Florian Wirtz. Insiden pada laga yang diliput oleh Bein Sports pada Sabtu (25/10) itu berpusat pada tuduhan egoisme terhadap Salah. Ia memilih menembak langsung ke gawang, mengabaikan Wirtz yang berada dalam posisi bebas dan berpeluang besar mencetak gol. Keputusan krusial ini sontak memicu gelombang reaksi keras dari para penggemar dan memantik perdebatan sengit mengenai sikap serta mentalitas sang penyerang senior The Reds.
Gestur frustrasi Wirtz yang mengangkat tangan tinggi-tinggi seusai kejadian di lapangan semakin memperkeruh suasana dan memperburuk persepsi publik terhadap Salah. Banyak pendukung The Reds secara terang-terangan mengkritik penyerang asal Mesir tersebut karena dianggap tidak menunjukkan semangat kerja sama tim yang esensial. Puncaknya, tagar “Salah yang rakus” bahkan sempat menjadi perbincangan hangat dan trending di berbagai platform media sosial segera setelah peluit panjang dibunyikan.
Kontroversi ini juga diperparah dengan keputusan pelatih Arne Slot yang secara mengejutkan mencadangkan Mohamed Salah sejak menit awal pertandingan, sebelum akhirnya menurunkannya pada menit ke-74. Langkah taktis ini banyak diinterpretasikan sebagai sebuah peringatan tegas menyusul performa sang bintang berusia 33 tahun yang belakangan menunjukkan tren penurunan. Dalam beberapa pekan terakhir, Salah memang hanya mampu menorehkan tiga gol di semua kompetisi, memunculkan spekulasi bahwa ketajamannya mulai memudar.
Berbanding terbalik dengan Salah, Florian Wirtz justru tampil memukau sepanjang laga dengan sumbangan dua assist dan kontribusi signifikan dalam dominasi Liverpool. Gelandang muda berbakat asal Jerman ini tidak hanya menunjukkan kualitas teknisnya, tetapi juga kematangan emosional di bawah tekanan tinggi. Pasca pertandingan, Wirtz menegaskan bahwa prioritas utamanya adalah kemenangan tim, jauh di atas kepentingan pribadi. Ia bahkan berupaya meredam potensi ketegangan dengan Salah, menolak memperpanjang polemik yang beredar di media massa, dan menekankan bahwa harmoni serta kerja sama tim jauh lebih berharga daripada kesalahan individual di lapangan.
Meskipun Wirtz telah mencoba meredakan situasi, banyak pihak meyakini bahwa hubungan antara kedua pemain ini perlu segera diperbaiki demi menjaga keharmonisan di ruang ganti tim. Kontroversi antara Salah dan Wirtz kini menjadi fokus utama menjelang laga krusial Liverpool berikutnya melawan Brentford di Liga Inggris. Pelatih Arne Slot menghadapi dilema besar: apakah tetap mempercayai Salah yang sedang menurun performanya, ataukah memberikan lebih banyak menit bermain bagi talenta muda seperti Wirtz, Isak, dan Ekitike yang siap bersinar. Dengan situasi ini, masa depan Mohamed Salah di Anfield mulai menjadi tanda tanya besar, sementara Florian Wirtz semakin mengukuhkan posisinya sebagai motor penggerak baru dalam skema permainan Liverpool, di tengah rumor bahwa Liverpool sedang menyiapkan manuver dan memproyeksikan nama-nama seperti Antoine Semenyo dan Michael Olise sebagai calon suksesor Mohamed Salah di era baru The Reds.
Ringkasan
Kemenangan Liverpool atas Eintracht Frankfurt di Liga Champions diwarnai kontroversi terkait Mohamed Salah yang dituduh egois karena mengabaikan Florian Wirtz yang berada dalam posisi lebih baik untuk mencetak gol. Insiden ini memicu kritik dari penggemar dan perdebatan sengit tentang mentalitas Salah, serta memunculkan tagar “Salah yang rakus” di media sosial.
Keputusan pelatih Arne Slot mencadangkan Salah menambah spekulasi tentang penurunan performanya, sementara Wirtz tampil memukau dengan dua assist. Meski Wirtz berusaha meredam situasi, hubungan keduanya menjadi perhatian utama menjelang laga berikutnya, dan masa depan Salah di Liverpool menjadi tidak pasti di tengah rumor pemain pengganti seperti Antoine Semenyo dan Michael Olise.



