Bank Mandiri Tbk dikabarkan telah mengajukan permintaan tambahan penempatan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) setelah suntikan dana sebelumnya sebesar Rp 55 triliun dari pemerintah telah terserap sepenuhnya. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, dalam keterangannya mengutip Antara pada Sabtu, 25 Oktober 2025. “Tadi saya ketemu orang Danantara. Sepertinya Bank Mandiri akan minta lagi karena uangnya sudah habis yang Rp 55 triliun itu,” ujar Purbaya, mengindikasikan kelanjutan komitmen pemerintah dalam menjaga likuiditas perbankan.
Permintaan ini muncul setelah Kementerian Keuangan pada awal September 2025 mengalihkan total Rp 200 triliun Saldo Anggaran Lebih (SAL) dari Bank Indonesia ke lima Himpunan Bank Milik Negara (Himbara). Dana jumbo tersebut didistribusikan secara strategis: Bank Mandiri menerima Rp 55 triliun, BRI Rp 55 triliun, BNI Rp 55 triliun, BTN Rp 25 triliun, dan BSI Rp 10 triliun. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat kapasitas perbankan dalam menyalurkan kredit guna mendorong roda perekonomian nasional.
Menanggapi potensi permintaan tambahan, Menkeu Purbaya menyatakan kesiapan pemerintah untuk kembali menempatkan dana ke Himbara apabila dorongan terhadap perekonomian nasional dinilai masih belum optimal. Sejauh ini, Purbaya melihat suntikan dana tersebut telah memberikan dampak positif yang signifikan terhadap gerak ekonomi. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit perbankan serta data penjualan ritel yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI). “Perekonomian ini kelihatannya mulai bergeliat. Tapi saya akan monitor lagi. Kalau masih kurang, kami dorong lagi,” tegas Purbaya, menandakan pengawasan ketat terhadap efektivitas kebijakan.
Sebagai catatan, Bank Indonesia melaporkan bahwa pertumbuhan kredit perbankan pada September 2025 mencapai 7,7 persen. Angka ini menunjukkan kenaikan tipis dibandingkan Agustus 2025 yang tumbuh 7,56 persen. Purbaya menilai, pertumbuhan kredit yang relatif moderat tersebut utamanya dipengaruhi oleh kondisi ketidakstabilan ekonomi akibat aksi demonstrasi yang berujung kerusuhan beberapa waktu lalu. Meskipun demikian, ia optimis masih ada waktu di triwulan IV untuk melihat perkembangan kredit perbankan sepanjang tahun 2025 secara lebih komprehensif.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menambahkan bahwa penempatan dana pemerintah di sektor perbankan turut mendorong kenaikan jumlah uang beredar di masyarakat. Ini terlihat dari pertumbuhan uang primer (M0) adjusted yang tercatat 18,58 persen year-on-year (yoy) pada September 2025. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan M0 tanpa penyesuaian (non-adjusted) yang sebesar 13,16 persen yoy. Uang primer adjusted sendiri adalah uang primer yang telah memperhitungkan dampak penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) bank di Bank Indonesia akibat pemberian kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM).



