PTBA Gandeng Raksasa Cina Kembangkan Gasifikasi Batu Bara?

Posted on

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) secara terang-terangan mengungkapkan bahwa perusahaan asal Tiongkok muncul sebagai mitra potensial dalam megaproyek hilirisasi batu bara untuk memproduksi dimethyl ether (DME). Namun demikian, PTBA masih enggan merinci lebih jauh skema kerja sama ini, mengingat proyek tersebut masih dalam tahap penjajakan serta pengkajian yang mendalam. Pengungkapan ini disampaikan oleh Dinna Permana Setyani, Corporate Communication & Government Relations Department Head PTBA.

“Sejauh ini memang dari Tiongkok. Kami masih dalam tahap penjajakan, sehingga belum bisa memberikan informasi lebih detail mengenai proyek DME ini,” terang Dinna saat sesi temu media di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada Jumat, 24 Oktober 2025. Pernyataan ini menegaskan kehati-hatian PTBA dalam menghadapi proyek strategis yang berpotensi besar ini.

Proyek hilirisasi batu bara menjadi DME ini menjadi krusial lantaran produk akhir berupa DME, hasil dari proses gasifikasi batu bara, digadang-gadang mampu menggantikan Liquified Petroleum Gas (LPG) sebagai bahan bakar rumah tangga. Harapan untuk mewujudkan kemandirian energi ini sebenarnya bukanlah wacana baru. Tercatat, PT Pertamina (Persero) pernah berencana mengembangkan DME bersama PT Arrtu Mega Energie pada tahun 2009, namun inisiatif tersebut berakhir tanpa kejelasan.

Ambisi serupa kembali mengemuka pada 2018, saat PT Bukit Asam meneken nota kesepahaman untuk kerja sama penghiliran batu bara dengan Pertamina serta perusahaan asal Amerika Serikat, Air Products and Chemical Inc. Kerja sama ini bahkan berlanjut dengan penandatanganan pokok perjanjian pembentukan perusahaan patungan bernama PTBA Penerapan Riau pada 16 Januari 2019. Sayangnya, proyek ini kembali terhenti di tengah jalan setelah Air Products tiba-tiba mengundurkan diri, tanpa memberikan alasan yang jelas. Kegagalan ini menunjukkan kompleksitas dan tantangan dalam mewujudkan proyek DME berskala besar.

Tak patah arang setelah ditinggalkan oleh mitra Amerika, PTBA segera bergerak cepat mengumumkan kehadiran mitra baru. Kali ini, fokusnya adalah pada persiapan teknologi untuk melanjutkan pengerjaan proyek DME yang sangat strategis ini. Turino Yulianto, Direktur Hilirisasi dan Diversifikasi Produk PTBA, secara spesifik mengutarakan bahwa mitra baru yang dimaksud adalah seorang investor dari Cina.

Turino menjelaskan alasan di balik pemilihan mitra dari Tiongkok. Menurutnya, pabrik-pabrik gasifikasi batu bara di negara tersebut yang mengonversi batu bara menjadi berbagai produk kimia, termasuk DME, telah mengalami perkembangan pesat. “Proyek gasifikasi itu bahkan sudah berjalan selama 20 hingga 30 tahun di Negeri Tirai Bambu, jadi teknologinya sudah sangat berkembang,” ujar Turino, seperti dikutip dari laporan Antara pada 20 Oktober 2025, menyoroti keunggulan teknologi Tiongkok dalam bidang ini.

Menariknya, sebelumnya Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail, telah menyebutkan secara spesifik salah satu perusahaan Tiongkok yang menunjukkan minat serius untuk berinvestasi pada proyek hilirisasi batu bara menjadi DME, yakni East China Engineering Science and Technology Co., Ltd. (ECEC). “Sejauh ini, baru ECEC yang secara terang-terangan menyatakan ketertarikan,” kata Arsal dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XII DPR pada Senin, 5 Mei 2025, mengindikasikan bahwa ECEC adalah calon mitra yang paling menonjol saat ini.

Kendati demikian, Arsal menambahkan bahwa dalam rapat tersebut belum ada lampu hijau yang diberikan kepada ECEC untuk secara resmi bergabung. Pasalnya, Arsal menjelaskan, biaya yang diajukan oleh berbagai pihak hingga saat ini masih melampaui proyeksi keekonomian proyek DME yang telah ditetapkan oleh Kementerian ESDM. “Ini menjadi tantangan besar yang harus kami pecahkan agar proyek ini tetap layak secara finansial dan dapat segera terealisasi sesuai harapan,” tegas Arsal, menyoroti kendala utama yang harus diatasi.

Arsal juga memaparkan bahwa proyek gasifikasi batu bara ini memerlukan investasi yang tidak sedikit, diperkirakan mencapai sekitar US$ 3,2 miliar atau setara dengan Rp 52,5 triliun. “Bersama PGN, kami telah melakukan kajian mendalam dan mengestimasi kebutuhan investasi untuk proyek hilirisasi ini berada di kisaran angka US$ 3,2 miliar,” jelasnya, memberikan gambaran mengenai skala finansial yang dibutuhkan.

Dana investasi jumbo tersebut rencananya akan dialokasikan untuk pembangunan fasilitas gasifikasi batu bara yang komprehensif, lengkap dengan segala peralatan dan teknologi pendukung yang canggih. Dalam skema kerja sama ini, PT Bukit Asam akan memegang peran vital sebagai penyedia pasokan batu bara. Sementara itu, pengelolaan proyek secara keseluruhan akan diemban oleh PGN bersama mitra teknologi terpilih, yang akan membentuk usaha patungan (joint venture) untuk memastikan kelancaran dan keberhasilan proyek.

Caesar Akbar dan Nandito Putra, berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan Editor: Bahlil Bilang Perubahan Kebijakan RKAB Bisa Genjot Harga Batu Bara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *