Danantara IPO: 5 Risiko yang Wajib Investor Ketahui!

Posted on

BADAN Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) Indonesia tengah mempersiapkan langkah ambisius untuk meramaikan lantai bursa Tanah Air. Dana yang akan diinvestasikan Danantara sebagian besar berasal dari hasil pengelolaan dividen sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Langkah ini diyakini akan menjadi katalisator penting dalam memperkuat fundamental dan likuiditas pasar saham Indonesia.

Rencana strategis Danantara untuk memasuki pasar modal ini terungkap dalam gelaran Capital Market Summit & Expo 2025 di Jakarta pada Jumat, 17 Oktober 2025. Chief Investment Officer Danantara Indonesia, Pandu Patria Sjahrir, menegaskan komitmen mereka. “Kita akan berinvestasi tahun ini 80 persen di dalam negeri. Sebagian akan berinvestasi di pasar publik, obligasi, juga di pasar modal,” ujar Pandu, seperti dikutip Tempo dari tayangan ulang di akun YouTube IDX.

Pandu menyatakan optimisme tinggi Danantara dalam mengejar target dan proyeksi masuknya ke pasar modal, meskipun pergantian tahun sudah di depan mata, kurang dari 10 minggu lagi. Mantan Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI) itu menambahkan, “Kita akan mulai beraktivitas, akan aktif.” Rencana Danantara untuk aktif di bursa saham sesungguhnya bukanlah gagasan baru; pada pertengahan April lalu, Danantara bahkan sempat membuka peluang untuk berperan sebagai penyedia likuiditas (liquidity provider) di pasar modal, terutama saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan dan BEI memberhentikan sementara perdagangan saham.

Menanggapi rencana ini, Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menjelaskan bahwa Danantara dapat berpartisipasi di pasar modal secara langsung melalui anggota bursa. “Sama seperti investor lembaga lain,” kata Jeffrey kepada Tempo pada Senin, 20 Oktober 2025, mengindikasikan bahwa prosedur yang berlaku akan serupa dengan institusi investasi lainnya.

Meskipun demikian, keputusan Danantara untuk memasuki pasar modal mendapatkan sorotan dan sejumlah catatan penting dari para ekonom serta pegiat pasar modal. Saat ini, Danantara disarankan untuk lebih memfokuskan energinya pada proses restrukturisasi keuangan emiten-emiten BUMN, dengan memperkuat struktur dan tata kelola perusahaan agar dapat tumbuh secara sehat.

Lucky Bayu Purnomo, pendiri perusahaan investasi LBP Enterprises, berpendapat demikian. “Dari situ Danantara akan memperoleh dividen yang optimal tanpa perlu membeli saham secara langsung,” kata Lucky saat dihubungi pada Rabu, 23 Oktober 2025. Ia juga menyoroti bahwa pasar modal Indonesia akan mencapai efisiensinya jika proses dan budaya transaksinya didominasi oleh investor murni yang berorientasi pada optimalisasi modal secara proporsional. Namun, jika Danantara menggelontorkan modal yang terlampau besar untuk masuk ke pasar ini, hal tersebut justru dikhawatirkan dapat menjadi bumerang bagi badan investasi itu sendiri.

Dalam analisis Lucky, langkah Danantara memasuki pasar modal harus didukung oleh strategi dan pertimbangan yang sangat matang. Ia mengingatkan, kondisi pasar yang sedang lesu dapat menekan citra Danantara, sebab nilai investasinya akan ikut terkoreksi, seperti halnya investor institusional lainnya. “Namun jika pasar sedang dalam fase pertumbuhan, strategi Danantara untuk berinvestasi di saham atau obligasi BUMN akan disambut positif oleh pasar,” tambahnya. Lucky juga menjelaskan konsep ilmiah pasar atau scientific market approach, di mana investor mengenal istilah Capital Asset Pricing Model (CAPM) sebagai acuan mengukur hubungan antara return dan risk, agar tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek, melainkan juga memahami risiko sistemik dan volatilitas pasar.

Lebih lanjut, Lucky Bayu Purnomo mewanti-wanti bahwa kehadiran Danantara di pasar modal berpotensi menimbulkan dinamika tidak normal pada pergerakan harga saham. Padahal, dalam pendekatan Efficient Market Hypothesis, pasar yang efisien adalah pasar di mana harga saham sepenuhnya mencerminkan seluruh informasi yang tersedia. “Artinya tidak ada pihak, baik individu maupun institusi yang secara konsisten mengalahkan pasar. Danantara sebaiknya tidak berperan sebagai penggerak harga jangka pendek, tetapi sebagai penjaga tata kelola dan stabilitas investasi,” tegas Lucky.

Menanggapi diskusi ini, Vice President PT Samuel Sekuritas Indonesia, Muhammad Alfatih, mengingatkan bahwa setiap keputusan memiliki risikonya masing-masing, termasuk keputusan Danantara untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. Alfatih menegaskan pentingnya agar rencana Danantara ini tidak dikaitkan dengan ranah politik, melainkan murni atas dasar pertimbangan investasi. Menurutnya, jika tujuan awalnya hanya demi pencitraan tanpa didukung oleh pandangan investasi yang mendalam, investor justru tidak akan memberikan dukungan dan bahkan bisa menghukumnya melalui pasar. Namun, jika secara fundamental sudah layak, investasi Danantara ini akan menciptakan momentum positif dan memperkecil potensi downside harga saham. “Dukungan seperti menaruh orang profesional di manajemen BUMN akan sangat memperkuat keyakinan investor terhadap pengelolaan yang lebih baik,” kata Alfatih pada Rabu, 23 Oktober 2025.

Han Revanda Putra, berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Pilihan Editor: Risiko Warga Negara Asing Menjabat Direksi BUMN

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *