Setelah sekian lama bungkam, Alex Pastoor akhirnya membeberkan pandangannya tentang situasi internal Timnas Indonesia pasca-kegagalan lolos ke Piala Dunia 2026, sebuah hasil yang menuai kekecewaan mendalam dari seluruh suporter.
Skuad Garuda harus menelan pil pahit setelah menelan dua kekalahan beruntun melawan Arab Saudi dan Irak dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Menyusul hasil mengecewakan tersebut, PSSI dengan tegas memberhentikan seluruh jajaran tim pelatih.
Harapan besar sempat disematkan kepada Patrick Kluivert, pelatih utama Timnas Indonesia yang diharapkan mampu melanjutkan dan bahkan melampaui capaian Shin Tae-yong. Namun, hasil di lapangan belum mampu memuaskan ekspektasi publik. Akhirnya, pada Kamis, 16 Oktober 2025, Kluivert bersama para asistennya, termasuk Denny Landzaat dan Alex Pastoor, resmi diberhentikan. Pastoor, yang baru sembilan bulan mengabdikan diri untuk sepak bola Indonesia, kini buka suara membagikan pengalamannya.
Mantan arsitek klub Almere City itu terang-terangan menyatakan bahwa target ambisius publik agar Skuad Garuda lolos ke Piala Dunia 2026 adalah sebuah misi yang terlampau berat dan tidak realistis. Menurut Alex Pastoor, secara kapasitas, kualitas Timnas Indonesia saat ini belum memadai untuk bersaing di kancah sepak bola level tertinggi Asia.
“Saya pikir kami sudah melakukan itu sepenuhnya (menjelaskan ekspektasi kepada pemain). Tapi itu tidak cukup untuk mengalahkan lawan dengan negara-negara sekaliber ini,” ungkap Alex Pastoor dalam wawancaranya di podcast Rondo besutan Ziggo Sport. Ia menambahkan, bagi tim yang saat itu menduduki peringkat ke-119 dunia, membidik tiket ke turnamen akbar sekelas Piala Dunia adalah misi yang jauh dari kata mudah atau logis. Para pemain seperti Jay Idzes dan rekan-rekannya dinilai masih memiliki pekerjaan rumah besar untuk mengejar ketertinggalan kualitas dari para kompetitor di level yang lebih tinggi.
Alex Pastoor, yang sempat berkolaborasi dengan figur top seperti Denny Landzaat, mengakui tidak terkejut dengan derasnya desakan pemecatan dari publik. Namun, di sisi lain, ia melayangkan pertanyaan besar mengenai keputusan PSSI yang terkesan menghentikan sebuah proyek jangka panjang secara tiba-tiba dan mendadak.
Menurut pengakuan Pastoor, kesepakatan awal antara PSSI dengan ‘Geng Belanda’—julukan untuk tim pelatih dan staf yang mayoritas berasal dari Belanda—sebenarnya mencakup tiga target utama yang lebih komprehensif, bukan semata-mata fokus pada lolos Piala Dunia saja.
Tiga target yang disepakati itu adalah:
- Misi Piala Dunia: Berupaya keras untuk meraih tiket ke Piala Dunia, yang disebut sebagai pencapaian ‘luar biasa jika bisa terwujud’.
- Pembinaan Usia Muda: Menugaskan Gerald Vanenburg dan Frank van Kempen untuk secara aktif merekrut dan mengembangkan pemain lokal potensial bagi tim U-23 dan U-20.
- Pengembangan Jangka Panjang: Strategi untuk menarik lebih banyak pemain kompetitif ke level tertinggi di sebuah negara dengan populasi mencapai 280 juta jiwa, demi kemajuan sepak bola secara berkelanjutan.
“Jordi Cruyff ditunjuk sebagai penasihat dan Alexander Zwiers sebagai direktur teknik. Kini, semua pihak tersebut telah diberhentikan,” tambah Alex Pastoor, menegaskan betapa menyeluruhnya perombakan yang terjadi.
Meskipun harus mengakhiri perjalanannya lebih awal, Alex Pastoor tidak menampik adanya sisi positif yang menonjol dari sepak bola Indonesia: antusiasme dan dukungan yang luar biasa tinggi dari para suporter terhadap Timnas. (TribunNewsmaker/TribunKaltim/BolaSport)
Ringkasan
Alex Pastoor, mantan asisten pelatih Timnas Indonesia, akhirnya buka suara pasca-pemecatan dirinya dan tim pelatih setelah kegagalan lolos ke Piala Dunia 2026. Ia mengungkapkan bahwa target lolos Piala Dunia adalah target yang tidak realistis mengingat kualitas Timnas Indonesia saat itu yang masih jauh dari standar negara-negara Asia lainnya.
Pastoor juga menyoroti bahwa kesepakatan awal dengan PSSI sebenarnya mencakup tiga target utama: lolos Piala Dunia (sebagai target yang sulit), pembinaan usia muda, dan pengembangan jangka panjang sepak bola Indonesia. Ia menyayangkan keputusan PSSI yang terkesan menghentikan proyek jangka panjang tersebut secara tiba-tiba, meski ia mengakui antusiasme suporter Indonesia terhadap timnas sangat luar biasa.