Ketika awan gelap menyelimuti Anfield dengan serangkaian hasil buruk, sebuah harapan baru tiba-tiba menyeruak dari pernyataan seorang figur yang sangat dicintai. Juergen Klopp, kini menjabat sebagai Kepala Sepak Bola di Red Bull, secara mengejutkan membuka peluang untuk kembali menukangi Liverpool. Pernyataan ini sontak memicu spekulasi dan kerinduan, terutama di saat mantan klubnya itu sedang terpuruk dalam performa yang mengkhawatirkan.
Awal musim 2025-2026 tampaknya menjadi mimpi buruk bagi Liverpool di bawah asuhan Arne Slot. Setelah serangkaian kemenangan yang kurang meyakinkan, The Reds kini berada dalam jurang kekalahan empat laga beruntun di semua kompetisi. Kekalahan dimulai pada 27 September saat mereka takluk 1-2 dari Crystal Palace, disusul dengan tumbang 0-1 di tangan Galatasaray, lalu keok lagi 1-2 dari Chelsea. Puncaknya, pada Minggu (19/10/2025), Anfield menjadi saksi bisu kekalahan 1-2 dari musuh bebuyutan, Manchester United. Situasi ini sangat jarang terjadi; kali terakhir Liverpool mengalami empat kekalahan beruntun adalah pada November 2014, kala itu di bawah arahan Brendan Rodgers, lebih dari satu dekade yang lalu.
Di tengah krisis performa yang melanda, perhatian publik tertuju pada wawancara Juergen Klopp di acara ‘The Diary of A CEO’ yang dipandu Steven Bartlett. Dengan gamblang, Klopp menyatakan bahwa ia tidak menutup pintu untuk kembali melatih Liverpool di masa depan. Pernyataan ini segera memantik harapan “CLBK” (Cinta Lama Bersemi Kembali) di hati para penggemar setia The Reds, yang mendambakan sentuhan magisnya kembali.
Bukan tanpa alasan nama Juergen Klopp begitu diagungkan di Merseyside. Pelatih asal Jerman ini adalah arsitek kebangkitan Liverpool dari keterpurukan selama periode 2015 hingga 2024. Sebelum kedatangannya, The Reds kerap dianggap remeh dalam persaingan gelar karena performa yang inkonsisten. Namun, di tangan Klopp, mereka bertransformasi menjadi tim raksasa yang selalu difavoritkan, mengoleksi sembilan gelar juara bergengsi, termasuk trofi Liga Inggris yang diidam-idamkan dan mahkota Liga Champions.
Meskipun membuka pintu kembali, pria berusia 58 tahun ini juga menegaskan bahwa ia sangat menikmati perannya saat ini sebagai Kepala Sepak Bola di Red Bull. “Saya bilang saya tidak akan pernah melatih tim lain di Inggris. Jadi, kalau kembali, itu artinya Liverpool. Jadi ya, secara teori itu mungkin,” ujarnya, dikutip dari ESPN. Namun, ia menambahkan bahwa tidak ada kerinduan untuk kembali ke rutinitas melatih harian yang intens. “Saya mencintai pekerjaan saya saat ini, saya tidak merindukan melatih,” kata Klopp. “Saya tidak merindukan berdiri di tengah hujan selama dua setengah, tiga jam. Saya tidak merindukan menghadiri konferensi pers tiga kali seminggu, melakukan 10-12 wawancara seminggu. Saya tidak merindukan itu.” Tegasnya, ia memang masih melatih, tetapi dalam kapasitas yang berbeda, jauh dari tekanan langsung di pinggir lapangan.
Pernyataan Juergen Klopp ini tentu menjadi angin segar sekaligus dilema bagi para pendukung Liverpool yang tengah haus akan kemenangan. Apakah ini sekadar kemungkinan teoritis, ataukah sinyal kuat bahwa sang Messiah suatu hari akan kembali menyelamatkan The Reds dari keterpurukan? Waktu yang akan menjawab misteri kembalinya sang legenda ke Anfield.
Ringkasan
Juergen Klopp, yang kini menjabat sebagai Kepala Sepak Bola di Red Bull, membuka peluang untuk kembali melatih Liverpool di tengah performa buruk tim di bawah asuhan Arne Slot. Pernyataan ini memicu spekulasi mengingat Liverpool mengalami empat kekalahan beruntun di semua kompetisi, situasi yang terakhir kali terjadi pada tahun 2014.
Klopp menyatakan tidak menutup pintu untuk kembali ke Liverpool jika memang dibutuhkan, meskipun ia menikmati perannya saat ini di Red Bull. Ia menegaskan bahwa jika kembali melatih di Inggris, itu hanya akan untuk Liverpool. Meskipun demikian, Klopp tidak merindukan rutinitas melatih harian yang intens dan tekanan yang menyertainya.