Drama MotoGP Australia 2025: Bagnaia Jatuh Usai Salip Ducati!

Posted on

Pembalap Ducati Lenovo, Francesco Bagnaia, harus menerima kenyataan pahit di MotoGP Australia 2025. Akhir pekan yang sangat sulit di Sirkuit Phillip Island, Minggu (19/10/2025), berakhir dengan sebuah kecelakaan yang membuatnya gagal membawa pulang poin. Ironisnya, Bagnaia sempat menunjukkan kecepatan yang lebih baik dalam balapan utama dibandingkan saat sprint race sehari sebelumnya.

Musim MotoGP 2025 memang menjadi periode penuh tantangan bagi Pecco, julukan akrab Bagnaia, dan GP Australia ini hanyalah contoh lain dari betapa beratnya perjuangan sang juara dunia tiga kali itu. Sejak awal musim, ia mengakui adanya kurangnya “sensasi” atau kenyamanan dengan motornya, yang terus menghantuinya di setiap seri. Kondisi ini terlihat jelas pada sprint race, di mana ia finis kedua dari belakang, terpaut lebih dari 30 detik dari pemenang Marco Bezzecchi, bahkan mencatatkan lap lebih lambat dari catatan waktu pole Diogo Moreira di Moto2.

Situasi tak terlihat membaik di Minggu pagi, terutama setelah sesi pemanasan. Bagnaia hanya mampu menyelesaikan dua putaran karena Ducati-nya bergetar hebat dan terasa sangat berbahaya, memaksanya berhenti dan mencatatkan waktu 13 detik lebih lambat dari waktu terbaik. Namun, secara mengejutkan, balapan utama berjalan sedikit lebih baik dari yang diperkirakan. Ia menunjukkan kegigihan yang luar biasa, berhasil menurunkan waktu putaran terbaiknya dari 1 menit 30 detik menjadi 1 menit 28 detik dalam kecepatan balap. Saat itu, ia berada di posisi ke-11, mengungguli Fabio Quartararo, sebelum insiden kecelakaan berkecepatan tinggi yang mengakhiri balapannya lebih awal.

Usai balapan, Bagnaia menjelaskan kepada DAZN apa yang sebenarnya terjadi dalam insiden itu. Ia menekankan bahwa dirinya memang memacu motor hingga batas maksimal, bahkan terlalu keras, demi meraih performa terbaik yang ia bisa. “Kecelakaan itu cukup keras, tetapi pada akhirnya, ketika Anda memacu begitu keras, itu bisa terjadi,” ujar pembalap asal Italia itu, seperti dilansir BolaSport.com dari Motorsport Espana.

Pembalap asal Turin ini berharap bisa finis mendekati posisi lima besar, atau setidaknya ketujuh, sebuah target yang “tidak terlalu buruk” mengingat akhir pekan yang sulit. Namun, risiko yang harus ia ambil untuk mencapai target tersebut akhirnya berujung fatal. “Kami harus memanfaatkan apa yang kami miliki, sebisa mungkin, dan mencoba mengambil sisi positifnya karena tidak banyak hal positif,” ucap Bagnaia. “Namun pada akhirnya, menjadi cepat dalam situasi ini, di titik balapan ini, cukup bagus. Saya bisa saja mengejar ketertinggalan dengan cepat dari para pembalap di depan, tetapi sejujurnya, saya sudah berada di batas kemampuan saya sejak awal. Sulit bagi saya untuk mempertahankan kecepatan ini dan akhirnya saya terjatuh karena saya terlalu memaksakan diri.”

Ketika ditanya apakah ada peningkatan dibandingkan hari Sabtu, Bagnaia menjelaskan bahwa perubahan setelan yang mereka coba justru memperburuk keadaan. Ia merinci bahwa rute alternatif yang diambil tidak dapat mengurangi pergerakan Desmosedici yang berlebihan. “Pagi ini kami mencoba sesuatu dalam pengaturan, yang hasilnya sangat buruk. Sore harinya, saat balapan, kami kembali ke arah yang berlawanan, dan hasilnya sedikit lebih baik,” tutur pembalap berusia 28 tahun itu. “Kami membuat motor lebih lambat, tetapi lebih stabil. Namun motor tetap bergerak, saya harus mengaitkan motor dengan sangat kuat agar tidak bergerak. Ini sesuatu yang harus kami pahami karena memang sulit seperti itu.”

Lebih lanjut, mengenai pergerakan motor yang luar biasa di pagi hari, Bagnaia yang tampak serius dan enggan banyak bicara, hanya menjawab singkat, “Ini sesuatu yang luar biasa, ya.” Ia kemudian menambahkan refleksi atas insiden tersebut: “Soal kecelakaan itu, ketika Anda memaksakan diri hingga batasnya, kecelakaan bisa saja terjadi. Saya terjatuh karena saya tidak ingin finis terakhir lagi. Saya lebih suka terjatuh seribu kali saat memperebutkan poin daripada ketika saya berada di posisi terakhir.”

Akhirnya, Bagnaia menegaskan bahwa Ducati yang ia rasa nyaman dan kompetitif adalah yang menyapu bersih kemenangan di MotoGP Jepang 2025. Motor yang ia kendarai di Australia ini, menurutnya, jauh dari kondisi tersebut. “Berjuang untuk finis di posisi kesepuluh tidak akan pernah membuat saya bahagia. Ducati saya adalah yang dari Jepang. Apa yang saya kendarai hari ini jauh dari Ducati,” pungkasnya, menunjukkan frustrasi mendalam atas performa motornya. Sebagai pengingat, pada MotoGP Jepang 2025, Bagnaia memang tampil cemerlang dengan menjadi juara pada sprint race dan balapan utama.

Pole Position Quartararo adalah Bencana sampai MotoGP Australia 2025, Duo Marquez Ikut Ketiban Durian Runtuh

Aprilia Kian Ancam Dominasi Ducati usai MotoGP Australia 2025

Ringkasan

Francesco Bagnaia mengalami akhir pekan yang berat di MotoGP Australia 2025, berakhir dengan kecelakaan yang membuatnya gagal meraih poin. Meskipun sempat menunjukkan peningkatan kecepatan dibandingkan sprint race, ia mengakui bahwa sejak awal musim kesulitan menemukan kenyamanan dengan motor Ducati-nya.

Bagnaia menjelaskan bahwa ia memacu motornya hingga batas maksimal, bahkan terlalu keras, demi meraih hasil yang baik, yang akhirnya berujung pada kecelakaan. Ia merasa frustrasi karena motor yang ia kendarai di Australia jauh berbeda dengan Ducati yang membawanya meraih kemenangan di MotoGP Jepang 2025.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *