Dynapack Dijual? Pemegang Saham Australia Lepas Saham Rp16 Triliun

Posted on

JAKARTA – Pasar dikejutkan dengan kabar bahwa Raphael Geminder, seorang taipan asal Australia, sedang menimbang opsi untuk menjual kepemilikan sahamnya di perusahaan pengemasan yang beroperasi di Asia. Menurut sumber Bloomberg pada Senin, 20 Oktober 2025, yang familiar dengan diskusi ini, Dynapack Asia dan Pact Group Holdings Ltd. sedang berkolaborasi dengan penasihat keuangan. Mereka telah menjajaki minat dari berbagai calon investor, meliputi perusahaan ekuitas swasta dan entitas pengemasan lainnya. Kesepakatan signifikan ini diperkirakan akan mencapai nilai fantastis, sekitar US$1 miliar, atau lebih dari Rp16 triliun.

Geminder sendiri dikenal sebagai saudara ipar Anthony Pratt, individu terkaya keempat di Australia. Ia memegang kendali atas 50% saham di Dynapack Asia, sebuah entitas yang berakar kuat di Indonesia sejak didirikan pada tahun 1959 oleh Soebekti Hambali. Kemitraan strategis ini terjalin pada tahun 2011 ketika Geminder Holdings Pty mengakuisisi separuh saham perusahaan, sementara separuh lainnya tetap berada di bawah kepemilikan keluarga Hambali.

Saat ini, Geminder menduduki posisi Chairman Dynapack Asia, dengan Tirtadjaja Hambali, yang dijuluki sebagai “Manusia Plastik” di Indonesia, menjabat sebagai Direktur Utama. Menariknya, sumber yang sama juga mengindikasikan bahwa keluarga Hambali turut mempertimbangkan untuk bergabung dalam skema penjualan saham ini. Meski demikian, perundingan masih dalam tahap awal dan belum ada kepastian mengenai hasil kesepakatan. Hingga saat ini, baik Dynapack Asia maupun Pact Group memilih untuk tidak memberikan komentar terkait informasi yang dilansir oleh Bloomberg.

Sebagai salah satu pemain utama di industri pengemasan, Dynapack Asia memproduksi beragam kemasan dan komponen vital, mulai dari botol, tabung, stoples, hingga bagian cetakan khusus. Produk-produk ini melayani berbagai sektor penting seperti perawatan pribadi dan bayi, makanan dan minuman, pembersih rumah tangga, serta farmasi. Jajaran kliennya mencakup nama-nama global raksasa seperti Coca-Cola Co., Johnson & Johnson, Procter & Gamble Co., Shell Plc, dan Unilever Plc, dengan kantor operasional yang strategis di Jakarta, Bangkok, dan Singapura.

Sementara itu, Geminder juga merupakan pendiri Pact Group pada tahun 2002, yang pada Juli lalu telah menghapus pencatatan sahamnya dari Bursa Efek Australia. Dalam dokumen pengajuannya, Pact secara eksplisit menyatakan akan terus mengkaji operasi bisnis pengemasan di Asia, termasuk potensi opsi divestasi. Laporan keuangan terakhir juga menyoroti peningkatan utang bersih grup sebesar 18,4% pada tahun fiskal sebelumnya, mencapai sekitar A$496 juta, atau setara dengan US$328 juta, yang mungkin menjadi salah satu pendorong strategi ini.

Lebih jauh, nama Soebekti Hambali juga memiliki koneksi signifikan dalam ranah bisnis Indonesia sebagai ayah mertua dari James Riady, yang menikah dengan putrinya, Aileen. Sejarah bisnis keluarga Hambali juga mencakup Dynaplast, yang setelah 20 tahun terdaftar di Bursa Efek Indonesia, resmi delisting pada tahun 2011. Pasca-delisting tersebut, keluarga Hambali melanjutkan ekspansi bisnis mereka di bawah naungan Dynapack Asia, yang kini berbasis di Singapura, dengan dukungan kemitraan yang solid.

Ringkasan

Taipan Australia, Raphael Geminder, mempertimbangkan penjualan sahamnya di Dynapack Asia, perusahaan pengemasan yang beroperasi di Asia. Nilai transaksi ini diperkirakan mencapai US$1 miliar atau lebih dari Rp16 triliun, melibatkan penasihat keuangan dan penjajakan minat dari perusahaan ekuitas swasta serta entitas pengemasan lainnya. Geminder, yang juga saudara ipar Anthony Pratt, menguasai 50% saham Dynapack Asia sejak kemitraan strategis dengan keluarga Hambali pada tahun 2011.

Dynapack Asia, yang didirikan di Indonesia pada 1959, melayani berbagai sektor industri dengan produk kemasan seperti botol, tabung, dan stoples. Klien mereka mencakup perusahaan global seperti Coca-Cola, Johnson & Johnson, dan Unilever. Pact Group, yang didirikan Geminder, juga sedang mengkaji operasi bisnis pengemasan di Asia, termasuk potensi divestasi, setelah menghapus pencatatan sahamnya dari Bursa Efek Australia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *