Malam penuh gengsi di Stadion Gelora Bung Tomo, Sabtu (18/10), menjadi saksi bisu pertemuan klasik dua musuh bebuyutan. Duel antara Persebaya Surabaya dan Persija Jakarta tak hanya menyajikan pertarungan sengit di lapangan, namun juga mengukir sejarah baru dengan memecahkan rekor penonton tertinggi Super League 2025/2026, mencapai angka fantastis 33.432 orang yang membanjiri arena.
Sejak sore, atmosfer di stadion sudah berdenyut dengan energi luar biasa. Ribuan Bonek, dengan atribut hijau kebanggaan mereka, memenuhi setiap sudut tribun, menciptakan lautan dukungan yang memukau. Di sisi lain, meskipun mendapat jatah terbatas, ratusan Jakmania tak kalah militan, hadir dengan semangat membara untuk menyuarakan dukungan bagi tim kesayangan mereka.
Sorak-sorai menggelegar dan nyanyian patriotik suporter menggema jauh sebelum peluit kick-off dibunyikan. Irama tabuhan drum dan yel-yel membakar semangat, membuat suasana pertandingan terasa begitu krusial, seolah-olah sebuah final yang menentukan nasib.
Namun, di tengah gelombang dukungan fanatik itu, Persebaya Surabaya harus menelan pil pahit. Persija Jakarta tampil lebih siap dan disiplin, berhasil meraih kemenangan meyakinkan 3-1 di markas Green Force. Kemenangan ini membuktikan ketajaman Macan Kemayoran yang tampil dominan sepanjang laga.
Dua gol cepat yang dicetak Persija di babak pertama seketika membungkam publik tuan rumah. Meskipun upaya keras dilakukan untuk bangkit di babak kedua, Persebaya Surabaya kesulitan mengejar ketertinggalan dari tim tamu yang menunjukkan soliditas di setiap lini permainan.
Menyadari ketertinggalan, Pelatih Persebaya, Eduardo Perez, segera melakukan perubahan strategis setelah jeda. Ia memasukkan Gali Freitas, pemain dengan daya gedor tinggi, menggantikan Malik Risaldi, berharap bisa menyuntikkan semangat baru dan menghidupkan kembali asa para Bonek.
Perubahan tersebut nyaris berbuah manis di awal babak kedua. Pada menit ke-46, Mihailo Perovic berhasil membobol gawang Persija, namun sayang, gol tersebut dianulir oleh wasit karena posisi offside, menambah kekecewaan di kubu tuan rumah.
Situasi di lapangan semakin memanas dan penuh tensi. Persija membalas dengan serangan balik berbahaya pada menit ke-51 melalui sepakan Rizky Ridho yang nyaris memperlebar keunggulan, namun aksi gemilang kiper Ernando Ari berhasil menggagalkan peluang emas tersebut.
Green Force terus berjuang keras untuk keluar dari tekanan. Gali Freitas mencoba peruntungannya dengan tembakan jarak jauh pada menit ke-58, tetapi kiper Carlos Eduardo menunjukkan kelasnya dengan menepis bola dan mengamankan gawangnya.
Petaka tak terhindarkan bagi Persebaya Surabaya di menit ke-73. Pelanggaran di kotak terlarang yang dilakukan oleh Catur Pamungkas berujung pada hadiah penalti untuk Persija. Allano de Lima dengan tenang melaksanakan tugasnya, membawa Macan Kemayoran unggul 0-3.
Gol penalti itu sontak membuat ribuan Jakmania di tribun bergemuruh kegirangan, sementara raut kekecewaan jelas terpancar di wajah para Bonek yang mulai merasakan harapan mereka meredup di seluruh penjuru stadion.
Namun, semangat juang Persebaya Surabaya belum padam. Empat menit berselang, mereka berhasil memperkecil ketertinggalan lewat sundulan terukur Leo Lelis yang sukses memanfaatkan sepak pojok brilian dari Francisco Rivera.
Gol balasan tersebut sempat membangkitkan kembali optimisme di tengah dukungan luar biasa suporter tuan rumah. Gelombang serangan bertubi-tubi terus dilancarkan ke pertahanan Persija, namun lini belakang tim tamu tetap kokoh tak tergoyahkan hingga peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan dibunyikan.
Skor akhir 1-3 menutup laga panas antara dua raksasa sepak bola Indonesia yang selalu menyajikan tensi tinggi. Hasil ini membuat Persebaya Surabaya harus puas tertahan di posisi ketujuh klasemen sementara Super League 2025/2026 dengan raihan 10 poin dari sembilan pertandingan yang telah dilakoni.
Terlepas dari hasil di lapangan, pertandingan ini mencatatkan tinta emas dalam sejarah Super League 2025/2026. Total 33.432 penonton yang memadati Stadion Gelora Bung Tomo menjadikan laga ini sebagai yang paling ramai dan paling banyak dihadiri suporter sepanjang musim berjalan.
Angka fantastis ini melampaui rekor-rekor sebelumnya yang juga diukir oleh Persija. Sebelumnya, laga Persija Jakarta kontra Bali United hanya menarik 29.389 penonton, disusul duel melawan Persita Tangerang dengan 29.153 penonton. Pertandingan-pertandingan besar lain seperti Persib Bandung melawan Persebaya Surabaya di Bandung mencatat 22.642 penonton, sedangkan Persija menghadapi Malut United di Jakarta mencatat 22.195 penonton.
Rekor baru di Surabaya ini adalah bukti nyata gairah tak terbatas dari para suporter sepak bola Indonesia. Baik Bonek maupun Jakmania sama-sama menorehkan capaian positif, menunjukkan dukungan militan dan tanpa henti bagi tim kebanggaan mereka.
Puluhan ribu penonton dari kedua kubu menjadi saksi langsung pertandingan sarat emosi dan gengsi tersebut. Justru panasnya rivalitas di lapangan menjadi magnet kuat yang berhasil menarik puluhan ribu pasang mata untuk datang langsung ke stadion.
Di balik kekalahan Persebaya Surabaya, atmosfer luar biasa yang tercipta dari tribun menjadi penegasan betapa mendalamnya kecintaan masyarakat pada sepak bola nasional. Stadion Gelora Bung Tomo sekali lagi membuktikan reputasinya sebagai salah satu panggung paling ikonik dan bergengsi di Indonesia.
Bonek yang memenuhi tribun dengan nyanyian khas mereka menciptakan “lautan hijau” yang memukau mata. Sementara itu, Jakmania, dengan atribut oranye kebanggaan, tak henti-hentinya menyuarakan dukungan lantang hingga menit terakhir pertandingan.
Pemandangan kebersamaan dua kelompok suporter besar ini dalam satu stadion adalah momen langka dan patut diapresiasi. Meskipun tensi rivalitas di lapangan begitu panas, semangat sportif dan antusiasme tinggi dari para suporter menunjukkan sisi indah dari kompetisi.
Malam itu bukan semata-mata tentang skor akhir 1-3 untuk Persija, melainkan tentang terciptanya momen bersejarah dalam kancah sepak bola Indonesia. Angka 33.432 bukan sekadar statistik, melainkan simbol kuat dari cinta tanpa batas yang dimiliki para pecinta sepak bola Tanah Air.
Dengan terciptanya rekor ini, Super League 2025/2026 semakin mengukuhkan posisinya sebagai kompetisi yang paling dinanti setiap pekannya. Setiap laga besar kini tak hanya berbicara tentang perebutan tiga poin, tetapi juga tentang kebanggaan, semangat, dan gairah tak terbendung dari ribuan suporter di tribun yang menjadi jantung dari sepak bola Indonesia.