Pusat riset timah Indonesia siap dibangun di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2026. Inisiatif strategis ini dirancang untuk berperan krusial dalam mengembangkan komoditas timah sekaligus melahirkan tenaga ahli berkompeten di bidang pertambangan, menjamin keberlanjutan sektor vital ini di masa depan.
Menurut Harwendro Adityo Dewanto, Ketua Umum Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (AETI), pembangunan pusat riset ini merupakan hasil kerja sama dengan Universitas Bangka Belitung. Ia menyoroti ironi bahwa, meskipun Bangka Belitung adalah produsen timah terbesar kedua di dunia, daerah ini belum memiliki tenaga ahli khusus di bidang timah lantaran absennya pusat riset. “Inilah yang menjadi latar belakang mendasar kami untuk membangunnya,” ujar Harwendro saat menjadi narasumber pada Rapat Kerja Badan Pengurus Daerah (BPD) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bangka Belitung di Gedung Mahligai Serumpun Sebalai Pangkalpinang, Sabtu, 18 Oktober 2025.
Harwendro menegaskan bahwa penemuan dan inovasi yang dihasilkan dari pusat riset timah nanti akan menjadi faktor penentu kelangsungan jangka panjang industri timah Indonesia, terutama bagi Bangka Belitung yang sangat bergantung pada sektor komoditas vital ini. Ia bersyukur Universitas Bangka Belitung siap berkolaborasi, dan proses peletakan batu pertama (groundbreaking) direncanakan dimulai tahun depan.
Meskipun data pemerintah memprediksi cadangan timah Bangka Belitung akan menipis dalam 25 hingga 30 tahun ke depan, Harwendro meyakini bahwa ini bukanlah ancaman yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Menurutnya, masa depan cadangan timah dapat diperpanjang melalui eksplorasi intensif dan pembukaan sumur-sumur baru di area yang berpotensi. “Timah ini telah ditambang sejak tahun 1800-an. Sampai hari ini tidak habis-habis karena katanya timah beranak cucu di sini. Tapi kenyataannya memang begitu,” ungkapnya, mengindikasikan bahwa cadangan timah Indonesia masih melimpah dan sangat mungkin untuk terus dikembangkan.
Di balik potensi besar ini, industri pertambangan timah juga dihadapkan pada tantangan serius berupa maraknya aktivitas penyelundupan yang merugikan negara, mengakibatkan hilangnya pendapatan dari sektor pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), termasuk royalti. Harwendro menuturkan pengalaman pahitnya saat menghadiri konferensi timah internasional di Penang, Malaysia. “Orang dari Malaysia Smelting Company bilang bahwa mereka menerima pasokan timah Indonesia 1.000 ton hingga 1.200 ton per bulan. Bagaimana darah saya tidak mendidih mendengarkannya?” kenangnya, menunjukkan betapa parahnya kebocoran sumber daya alam timah ke negara lain.
Harwendro mengungkapkan bahwa laporan ini telah ia sampaikan langsung kepada Presiden Prabowo Subianto, yang kemudian segera menindaklanjutinya dengan langkah-langkah konkret, termasuk penangkapan para penyelundup. Sebagai dampak positifnya, produksi timah Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan, dan target ekspor timah sebesar 54 ribu ton untuk tahun ini pun diproyeksikan akan tercapai.
Pilihan Editor: Mengapa Pasokan Emas Antam Seret
Ringkasan
Pusat riset timah nasional akan dibangun di Bangka Belitung pada tahun 2026 sebagai hasil kerja sama dengan Universitas Bangka Belitung. Tujuan utama pendirian pusat riset ini adalah untuk mengembangkan komoditas timah, melahirkan tenaga ahli di bidang pertambangan, dan menjamin keberlanjutan industri timah di masa depan, mengingat Bangka Belitung adalah produsen timah terbesar kedua di dunia namun kekurangan tenaga ahli di bidang tersebut.
Pusat riset diharapkan dapat menghasilkan inovasi yang memperpanjang umur cadangan timah melalui eksplorasi intensif. Selain itu, fokus juga diberikan pada mengatasi masalah penyelundupan timah yang merugikan negara. Laporan mengenai penyelundupan telah ditindaklanjuti oleh pemerintah dengan penangkapan pelaku dan peningkatan produksi timah.