Drama tak terhindarkan akan tersaji di Old Trafford akhir pekan ini, saat Alejandro Garnacho kembali ke Theatre of Dreams, namun bukan sebagai pahlawan bagi Manchester United. Winger muda Argentina ini, yang kini berseragam Chelsea, justru diperkirakan akan disambut oleh lautan cemoohan dari para fans Setan Merah menyusul transfer kontroversialnya yang masih hangat.
Garnacho adalah nama pertama dari “skuad bom” Ruben Amorim yang akan kembali menghadapi mantan klubnya, hanya tiga minggu setelah kepergiannya yang penuh intrik. Ia tergabung dalam daftar pemain yang diasingkan Amorim bersama nama-nama besar seperti Marcus Rashford, Jadon Sancho, Antony, dan Tyrell Malacia, setelah mereka secara terang-terangan meminta untuk dilepas.
Bagi Amorim dan jajaran manajemen Manchester United, bakat luar biasa Garnacho dianggap tidak sepadan dengan sikapnya yang egois dan tingkah laku buruknya. Keputusan sulit pun diambil untuk melepas sang winger berusia 21 tahun itu, mengakhiri babak kariernya di Old Trafford yang diawali dengan banyak harapan.
Padahal, Garnacho pernah begitu dipuja. Namanya bahkan pernah diabadikan dalam chant ikonik “Viva Ronaldo”, yang diubah menjadi “Viva Garnacho” oleh fans United. Namun, semua berubah drastis setelah serangkaian drama menjelang kepergiannya yang mengguncang klub.
Puncaknya, ia menunjukkan kemarahan besar saat hanya menjadi penghangat bangku cadangan di final Liga Europa musim lalu melawan Tottenham. Tanpa ragu, ia menyalahkan Amorim di depan umum, yang berujung pada pencoretan dirinya dari laga terakhir musim itu kontra Aston Villa.
Kemarahan para pendukung Manchester United makin membara ketika Garnacho mengunggah foto dirinya mengenakan jersey Aston Villa dengan nama dan nomor punggung Marcus Rashford di media sosial. Hal ini secara luas diinterpretasikan sebagai sindiran tajam kepada Ruben Amorim dan klub, memicu amarah kolektif.
Retaknya hubungan antara Garnacho dan Amorim sebenarnya sudah dimulai sejak Desember lalu. Saat itu, ia bersama Rashford dicoret dari skuad untuk derby Manchester setelah dinilai tidak disiplin dan mengabaikan instruksi pelatih dalam pertandingan Liga Europa. Meskipun sempat diberi kesempatan kedua untuk memperbaiki diri, Garnacho gagal merebut kembali kepercayaan sang pelatih.
Ledakan emosinya yang tak terbendung menjelang final Liga Europa menjadi titik nadir dalam hubungannya dengan klub. Ruben Amorim akhirnya mengambil keputusan tegas untuk menyingkirkannya secara permanen, dan Manchester United memilih untuk menjualnya ke Chelsea. Klub memandang lebih baik melepas pemain berbakat yang sulit diatur daripada mempertahankannya.
Keputusan Besar Casemiro: Hengkang dari Manchester United di Musim Panas 2026?
Kini, sebuah tugas berat menanti pelatih Chelsea, Enzo Maresca. Ia harus menemukan cara untuk mengendalikan talenta muda yang disebut-sebut memiliki bakat besar, namun kerap kali bermasalah dengan kedisiplinan, sebuah tantangan yang tidak mudah di Stamford Bridge.
Legenda Manchester United Paul Scholes: Senne Lammens Bukan Kiper Top, Harusnya Datangkan Donnarumma!
Sementara itu, bagi Manchester United dan puluhan ribu fans yang akan membanjiri Old Trafford akhir pekan ini, Alejandro Garnacho bukan lagi seorang pahlawan atau penyelamat. Saat ia melangkah keluar dari terowongan stadion yang dulunya mengagungkannya, Garnacho akan disambut sebagai seorang pengkhianat sekaligus Public Enemy No.1 di Theatre of Dreams, sebuah label yang akan melekat pada dirinya.
Ringkasan
Alejandro Garnacho akan kembali ke Old Trafford sebagai pemain Chelsea setelah transfer kontroversialnya dari Manchester United. Kepindahannya dipicu oleh ketidakdisiplinan dan tingkah laku buruk yang dianggap tidak sepadan dengan talentanya oleh pelatih Ruben Amorim. Garnacho sebelumnya adalah pemain yang dipuja oleh fans United, namun hubungannya dengan klub memburuk setelah serangkaian insiden.
Puncaknya, Garnacho menunjukkan kemarahan karena menjadi pemain cadangan di final Liga Europa dan mengkritik Amorim secara terbuka. Manchester United akhirnya memilih untuk menjualnya ke Chelsea, dan kini, ia akan menghadapi mantan klubnya sebagai musuh. Ia akan disambut sebagai pengkhianat oleh para pendukung Manchester United.