Apakah Anda pikir ada orang yang cukup gila untuk mengayuh sepeda tanpa henti sejauh 1.000 kilometer? Jangan salah, minat terhadap ultra-cycling atau gowes jarak jauh, bahkan melebihi 1.000 km, ternyata cukup tinggi di Indonesia.
Kini, Indonesia memiliki beragam lomba balap sepeda ultra-cycling yang menarik perhatian. Salah satu yang paling fenomenal adalah Bentang Jawa, sebuah perjalanan epik melintasi Pulau Jawa sejauh 1.500 km dengan total elevasi mencapai 17.000 meter. Balapan mandiri tanpa dukungan dan tanpa hadiah ini telah menjadi agenda rutin tahunan, dengan edisi terakhir yang sukses digelar pada Agustus lalu.
Dari 400 pendaftar, hanya 181 peserta yang memenuhi syarat dan berani menaklukkan Bentang Jawa. Umumnya, mereka menyelesaikan lomba dalam waktu lima hari dengan istirahat seadanya. Suka duka para peserta dalam menaklukkan balapan ini diangkat menjadi laporan utama oleh majalah Tempo edisi mingguan ini, dengan judul: Mereka yang Tersihir Nikmat dan Siksa Ultra-Cycling.
Selain Bentang Jawa, ada pula lomba ultra-cycling lain yang populer di Indonesia, seperti Lintang Flores (1.000 km) dan Bali Ultra Cycling (800 km). Edisi terkini Bali Ultra Cycling dijadwalkan akan berlangsung pada bulan Oktober mendatang.
Ultra-cycling kini bukan lagi sekadar hobi, tetapi telah bertransformasi menjadi gaya hidup yang memadukan petualangan, kebugaran, dan eksplorasi budaya lokal. Mari kita telusuri sejarah dan seluk-beluk olahraga sepeda jarak jauh ini.
Apa Itu Ultra-Cycling?
Ultra-cycling adalah disiplin bersepeda jarak jauh yang melampaui batasan konvensional. Lebih dari sekadar gowes santai atau balapan sprint, ultra-cycling menguji ketahanan fisik dan mental dalam menempuh jarak minimal 200 kilometer. Para peserta biasanya mengayuh pedal selama lebih dari enam jam tanpa henti.
Menurut World Ultra Cycling Association (WUCA), aktivitas ini dapat dilakukan secara self-supported, di mana peserta sepenuhnya mandiri membawa peralatan, makanan, dan melakukan navigasi sendiri, atau dengan dukungan kru. Balapan seperti Bentang Jawa di Indonesia umumnya mengharuskan peserta untuk mandiri tanpa bantuan kru. Para peserta harus berjuang melawan kelelahan, cuaca ekstrem, dan medan yang berat, seringkali dengan waktu tidur yang sangat minim.
Jejak Sejarah Ultra-Cycling
Sejarah ultra-cycling dapat ditelusuri hingga akhir abad ke-19, ketika balapan enam hari di velodrome menjadi tontonan populer di Eropa dan Amerika. Saat itu, para pesepeda berlomba menempuh jarak terjauh dalam waktu enam hari penuh, dengan istirahat yang sangat singkat—sebuah ujian daya tahan yang luar biasa pada masanya.
Ultra-cycling sebagai olahraga modern mulai dikenal melalui Paris-Brest-Paris (PBP), yang pertama kali diadakan pada tahun 1891. Lomba sepanjang 1.200 km ini awalnya bersifat kompetitif, namun kemudian berevolusi menjadi *randonnée*, sebuah perjalanan non-kompetitif yang lebih menekankan semangat petualangan dan pencapaian diri.
Di era modern, Race Across America (RAAM), yang dimulai pada tahun 1976, menjadi tonggak penting. Ajang ini mengubah ultra-cycling menjadi tantangan lintas benua yang menarik peserta dari seluruh dunia. Sejak itu, organisasi seperti World Ultra Cycling Association (WUCA) didirikan untuk mengatur dan mengakui rekor-rekor luar biasa dalam disiplin ini.
Kini, ultra-cycling semakin mendunia. Dulu dianggap sebagai hobi eksklusif segelintir orang, kini ia berkembang menjadi tren yang lebih luas, didorong oleh kemajuan teknologi sepeda gravel dan *e-bike* ringan, serta meningkatnya minat global pada gaya hidup berkelanjutan dan petualangan otentik. Ajang seperti Silk Road Mountain Race di Kirgistan atau Trans Am Bike Race di Amerika Serikat menarik ribuan pendaftar dari seluruh dunia setiap tahunnya.
Di Indonesia, tren ultra-cycling juga terus meningkat. Lomba-lomba yang digelar selalu ramai peserta. Dukungan dari komunitas seperti Randonesia (Audax Randonneurs Indonesia) turut mempercepat perkembangannya.
Mengapa Ultra-Cycling Kian Populer?
Ultra-cycling adalah medan penuh tantangan yang bisa menguji ketahanan siapa pun. Di Indonesia, tantangannya terasa lebih berat. Selain faktor fisik dan jarak ribuan kilometer dengan elevasi ekstrem, ada juga faktor cuaca tropis yang lembap. Dengan medan yang bervariasi dari pegunungan hingga pantai, lomba ini akan menguras energi hingga titik terendah. Tekanan mental, kurang tidur, tekanan navigasi mandiri, dan isolasi selama berhari-hari dapat memicu *breakdown* emosional.
Risiko kesehatan dalam ultra-cycling juga nyata: dehidrasi, cedera otot, bahkan masalah jantung mengintai, terutama bagi para pemula. Namun, justru di situlah letak daya tariknya. Para atlet dan petualang merasa tertarik karena ultra-cycling menawarkan kesempatan untuk menemukan batas diri mereka.
Para peserta juga terdorong oleh keinginan untuk menjelajahi wilayah baru, menjalin persahabatan yang erat di sepanjang perjalanan, dan mengubah hasrat serta hobi mereka menjadi warisan atau pencapaian yang patut dikenang. Bagi para penggemar ultra-cycling, penderitaan di sepanjang jalan adalah harga yang sepadan untuk merasakan kebebasan dan pencapaian abadi.
Pilihan Editor:
* Mengapa Lari Lintas Alam Kian Populer
* Cara Aman untuk Berolahraga Lari dengan Membawa Kereta Bayi
Ringkasan
Ultra-cycling, atau bersepeda jarak jauh hingga lebih dari 1.000 km, semakin populer di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan adanya lomba seperti Bentang Jawa (1.500 km), Lintang Flores (1.000 km), dan Bali Ultra Cycling (800 km). Ultra-cycling adalah disiplin bersepeda yang menguji ketahanan fisik dan mental dalam menempuh jarak minimal 200 kilometer dan dapat dilakukan secara mandiri (self-supported) atau dengan dukungan kru.
Sejarah ultra-cycling dapat ditelusuri hingga abad ke-19, dan di era modern, Race Across America (RAAM) menjadi tonggak penting. Popularitas ultra-cycling didorong oleh keinginan untuk menemukan batas diri, menjelajahi wilayah baru, menjalin persahabatan, dan mengubah hobi menjadi pencapaian. Meskipun penuh tantangan fisik dan mental, termasuk risiko kesehatan, banyak yang tertarik karena menawarkan kesempatan untuk merasakan kebebasan dan pencapaian.