DSSA Tertekan? Strategi Baru: Fokus Energi Terbarukan Dongkrak Kinerja

Posted on

PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) baru-baru ini merilis laporan kinerja keuangan konsolidasiannya untuk semester I-2025, menunjukkan adaptasi strategis perusahaan di tengah dinamika pasar global.

Meskipun menghadapi gejolak pasar global dan tekanan signifikan pada komoditas batubara, DSSA berhasil membukukan pendapatan usaha konsolidasian sebesar US$ 1,3 miliar pada paruh pertama tahun ini. Angka ini memang menunjukkan koreksi 13,16% secara year-on-year (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Lebih lanjut, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga mengalami penurunan 48,88% yoy, mencapai US$ 97 juta pada periode yang sama. Meski demikian, posisi finansial DSSA tetap kokoh dengan total aset tercatat sebesar US$ 3,9 miliar dan ekuitas mencapai US$ 2 miliar per akhir Juni 2025, menggarisbawahi pondasi keuangan yang kuat.

Koreksi pada pendapatan (top line) dan laba (bottom line) ini justru menjadi bukti ketangguhan model bisnis DSSA dalam merespons volatilitas pasar energi global. Hal ini juga secara jelas merefleksikan efektivitas strategi perusahaan dalam menjaga stabilitas keuangan sekaligus memacu transformasi usaha menuju ekosistem yang lebih berkelanjutan.

Sejalan dengan visi jangka panjangnya, DSSA secara aktif mempercepat strategi diversifikasi portofolio dan komitmennya terhadap transisi energi bersih. Pada semester I-2025, perusahaan mencatatkan dua pencapaian signifikan di sektor energi baru dan terbarukan (EBT).

Salah satu sorotan utama adalah peresmian pabrik sel dan panel surya terintegrasi yang digadang-gadang sebagai yang pertama dan terbesar di Indonesia. Pabrik ini dioperasikan oleh PT Trina Mas Agra Indonesia (TMAI), sebuah perusahaan hasil kemitraan strategis antara PT Daya Sukses Makmur Selaras (anak perusahaan DSSA), Trina Solar Co Ltd, dan PT PLN Indonesia Power Renewable. Berlokasi strategis di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah, fasilitas mutakhir ini memiliki kapasitas produksi hingga 1 GW per tahun dan mengusung teknologi canggih i-TOPCon Advanced dengan efisiensi mencapai 23,2%. Dengan investasi masif lebih dari Rp 1,5 triliun, pabrik ini dirancang untuk menjadi pilar utama produksi nasional, mendorong kemandirian industri energi domestik dan mengakselerasi adopsi energi bersih di seluruh penjuru Indonesia.

Di samping itu, DSSA juga memperkuat langkahnya di sektor EBT melalui kemitraan strategis antara PT DSSR Daya Mas Sakti (entitas anak perusahaan DSSA) dan PT FirstGen Geothermal Indonesia, anak perusahaan dari Energy Development Corporation, bagian integral dari First Gen Corporation, salah satu pemain kunci energi baru dan terbarukan di Asia. Kolaborasi ambisius ini menargetkan pengembangan proyek panas bumi dengan kapasitas hingga 440 MW yang tersebar di enam wilayah strategis di Indonesia.

Proyek panas bumi ini diproyeksikan menjadi salah satu yang terbesar di Tanah Air, memainkan peran vital dalam memperkuat bauran energi nasional. Diharapkan pula akan memberikan dampak positif yang signifikan, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun lingkungan, dalam jangka panjang.

L. Krisnan Cahya, Presiden Direktur DSSA, menegaskan komitmen perusahaan. “Kami meyakini bahwa masa depan DSSA sangat bergantung pada kemampuan kami untuk beradaptasi dan berinovasi,” ujarnya. Beliau menambahkan, di tengah tantangan yang dihadapi sektor batubara, DSSA secara konsisten memperkuat posisinya di sektor energi baru dan terbarukan. “Peresmian pabrik sel dan panel surya di Kendal serta pengembangan panas bumi bersama PT FirstGen Geothermal Indonesia bukanlah sekadar inisiatif bisnis, melainkan wujud nyata dari dedikasi kami terhadap masa depan energi bersih dan penciptaan nilai berkelanjutan bagi seluruh pemangku kepentingan,” jelas Krisnan dalam siaran pers yang diterima pada Jumat (12/9).

Komitmen kuat DSSA terhadap keberlanjutan dan inovasi bisnis mendapatkan pengakuan di tingkat regional, terbukti dengan pencapaian peringkat ke-119 dalam daftar prestisius Fortune Southeast Asia 500 Tahun 2025. Predikat ini kian mempertegas posisi DSSA sebagai pemain kunci di sektor energi dan infrastruktur, serta menggarisbawahi kontribusi strategisnya dalam mendorong transformasi energi nasional. Berbekal struktur keuangan yang solid dan visi bisnis progresif, DSSA tak henti berupaya memperkokoh kontribusinya terhadap target emisi nol bersih (net-zero emissions) nasional. Setiap inisiatif strategis yang dijalankan tidak hanya bertujuan pada pertumbuhan finansial, melainkan juga pada penciptaan nilai sosial dan lingkungan secara berkesinambungan.

Proyek panas bumi yang dikembangkan bersama FirstGen menjadi salah satu pilar fundamental dalam agenda keberlanjutan DSSA. Dengan cakupan enam wilayah potensial di lima provinsi di Indonesia—meliputi Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Jambi, Sumatra Barat, dan Sulawesi Tengah—proyek ini memanfaatkan potensi cadangan energi yang melimpah. Diharapkan, inisiatif ini tidak hanya akan meningkatkan kapasitas energi nasional, tetapi juga turut mendorong penciptaan lapangan kerja hijau, fasilitasi transfer teknologi, serta kontribusi signifikan terhadap penurunan emisi karbon dari sektor energi.

Selain fokus pada energi panas bumi, DSSA juga gencar menggarap pengembangan infrastruktur digital dan beragam layanan energi bersih lainnya. Langkah-langkah ini secara konsisten selaras dengan prinsip-prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) yang diemban perusahaan. Melalui sinergi efektif lintas lini bisnis, DSSA bertekad membangun portofolio usaha yang tangguh, relevan dengan dinamika masa depan, serta adaptif terhadap perubahan iklim dan inovasi teknologi.

Ringkasan

PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) melaporkan pendapatan usaha konsolidasian sebesar US$ 1,3 miliar pada semester I-2025, meskipun mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya akibat gejolak pasar global dan tekanan pada komoditas batubara. Laba bersih perusahaan juga mengalami penurunan, namun DSSA tetap memiliki posisi finansial yang kokoh dengan total aset US$ 3,9 miliar dan ekuitas US$ 2 miliar. Perusahaan merespons tantangan ini dengan mempercepat diversifikasi portofolio ke sektor energi baru dan terbarukan (EBT).

DSSA meresmikan pabrik sel dan panel surya terintegrasi pertama dan terbesar di Indonesia melalui kemitraan dengan Trina Solar Co Ltd dan PT PLN Indonesia Power Renewable. Selain itu, DSSA juga menjalin kemitraan strategis dengan PT FirstGen Geothermal Indonesia untuk mengembangkan proyek panas bumi berkapasitas hingga 440 MW di enam wilayah di Indonesia. Inisiatif ini menunjukkan komitmen DSSA terhadap transisi energi bersih, keberlanjutan, dan pencapaian target emisi nol bersih nasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *