Beda nasib Persib Bandung dan Persija Jakarta! Persebaya Surabaya diterjang badai krisis di tengah kompetisi

Posted on

mellydia.co.id  — Beda nasib klub-klub besar di pentas Super League 2025/2026 semakin terasa ketika Persib Bandung dan Persija Jakarta melaju stabil dengan struktur organisasi lengkap, sementara Persebaya Surabaya justru terombang-ambing. Kompetisi masih berjalan, tetapi Green Force harus berjibaku menghadapi krisis internal yang makin menekan performa tim di lapangan.

Persebaya Surabaya menghadapi situasi pelik menjelang laga pekan ke-15 saat menjamu pemuncak klasemen sementara, Borneo FC, di Stadion Gelora Bung Tomo pada Sabtu (20/12/2025).

Dua pemain penting, Francisco Rivera dan Bruno Moreira, tidak bisa tampil sehingga kekuatan tim pincang di momen krusial.

Rivera harus menepi setelah menerima kartu merah saat melawan Persik Kediri pada pekan ke-13 di Gresik dan kini menjalani hukuman larangan bermain dua pertandingan.

Tak Punya Pelatih Kepala dan Manajer! Jalan Terjal Persebaya Surabaya Lawan Borneo FC

Kondisi ini membuat lini tengah Persebaya Surabaya kehilangan kreator serangan yang selama ini jadi motor permainan.

Moreira juga absen setelah mengumpulkan empat kartu kuning dan terkena sanksi akumulasi. Ketajaman lini depan pun terancam karena sosok yang biasa jadi tumpuan penyelesaian akhir harus beristirahat di laga besar.

Caretaker pelatih Uston Nawawi dipaksa merombak strategi hanya tiga hari sebelum pertandingan penting berlangsung.

Minimnya opsi pemain inti membuat improvisasi yang ia siapkan tidak bisa optimal seperti ketika tim lengkap.

Di tengah tekanan teknis ini, krisis struktural semakin mencuat dan memantik kegelisahan suporter. Bonek menyoroti Persebaya Surabaya yang hingga Jumat (12/12/2025) masih belum memiliki pelatih kepala dan manajer tim resmi.

Kondisi ini dianggap tidak wajar untuk klub profesional sekelas Persebaya Surabaya, apalagi kompetisi sudah masuk setengah musim.

3 Mantan Bintang Makin Gacor! Dicoret Persebaya Surabaya, Tapi Bersinar Terang di Klub Baru

Bonek menilai absennya figur-figur penting membuat arah klub tidak jelas dan keputusan teknis sering berubah-ubah.

“Begitu mengkhawatirkannya kondisi Persebaya Surabaya saat ini karena tidak memiliki sosok pada jabatan penting dalam sebuah klub profesional,” tulis @onlinepersebaya.

Uston Nawawi yang sebelumnya diumumkan sebagai Direktur Teknik kini memegang peran ganda sebagai asisten pelatih sekaligus caretaker.

Situasi ini menimbulkan kebingungan karena struktur yang mestinya rapi justru tumpang tindih di lapangan.

Masalah makin besar karena manajer tim disebut sudah tidak tercantum di laman resmi I-League, tetapi klub tidak merilis pengumuman resmi terkait perubahan tersebut.

“Pelatih kepala bulan lalu dipecat dan hingga kini belum memiliki pengganti.” “Manajer tim, namanya sudah tidak ada di website I-League namun tidak ada pemberitaan resmi dari klub.”

“Sementara Direktur Olahraga yang beberapa tahun lalu diumumkan diisi oleh Uston Nawawi kini membingungkan, pasalnya Coach Uston kini juga menjadi asisten pelatih bahkan caretaker.”

Update 5 Rumor Pelatih Baru Persebaya Surabaya! Dari Pep Munoz hingga Bernardo Tavares

Transparansi yang minim membuat pendukung semakin kehilangan kepercayaan terhadap manajemen.

Bonek kemudian membandingkan kondisi Persebaya Surabaya dengan Persib Bandung yang memiliki struktur lengkap meliputi pelatih kepala Bojan Hodak, manajer tim H. Umuh Muchtar, dan direktur olahraga Adhitia Putra Herawan.

“Kondisi yang sangat berbeda dengan tim lainnya seperti Persib Bandung dan Persija Jakarta yang punya sosok di tiap jabatannya.”

Stabilitas inilah yang diyakini jadi salah satu alasan performa Persib tetap konsisten di kompetisi.

Persija Jakarta juga punya komposisi struktural kuat dengan Mauricio Souza sebagai pelatih kepala, Ardhi Tjahjoko sebagai manajer tim, dan Bambang Pamungkas sebagai direktur olahraga.

Diego Mauricio Menghilang! Musim Lalu Cetak 9 Gol dan 6 Assist, Kini Hanya Main 35 Menit di Persebaya Surabaya

Kejelasan jabatan membuat setiap keputusan teknis dan nonteknis berjalan sesuai jalur.

Bonek menilai Persebaya Surabaya seharusnya bisa mencontoh dua rivalnya tersebut agar tidak tertinggal dalam persaingan.

Mereka menyebut kondisi organisasi yang amburadul membuat konsep “profesional dan sustainable” hanya terdengar seperti slogan kosong.

Keluhan suporter pun semakin lantang karena merasa klub tidak mengedepankan transparansi dan pengelolaan tim senior dengan serius.

Mereka kecewa ketika harapan mendatangkan pelatih berpengalaman justru berakhir pada penunjukan figur yang dianggap tidak sesuai kriteria.

Desakan agar manajemen lebih dulu menunjuk direktur teknik yang kompeten semakin menguat karena posisi tersebut dianggap fondasi konsep permainan klub.

Suporter menilai tanpa struktur dasar yang kuat, Persebaya Surabaya akan terus mengalami pasang surut performa.

Rasa miris menggema di lini masa karena Persebaya Surabaya yang memiliki sejarah dan basis suporter besar justru terjebak dalam kekacauan internal.

Bagi Bonek, kondisi ini sangat ironis mengingat klub-klub pesaing justru semakin profesional dalam mengelola struktur organisasinya.

Persebaya Surabaya Latihan Lagi! Bonek Ramai-ramai Mendesak Pengumuman Pelatih Baru

Pertandingan melawan Borneo FC menjadi ujian berat karena Persebaya Surabaya bukan hanya kehilangan pemain inti, tetapi juga tidak memiliki stabilitas kepelatihan.

Suporter berharap tim tetap bisa bertahan meski badai krisis menerjang di tengah kompetisi.

Di tengah ketidakpastian ini, tuntutan terhadap manajemen semakin menguat agar segera merapikan struktur sebelum situasi makin memburuk. 

Persebaya Surabaya membutuhkan keputusan cepat agar mampu kembali fokus pada prestasi, bukan sibuk menyelesaikan masalah internal yang tak kunjung usai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *