mellydia.co.id, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan mengalami fluktuasi signifikan pada tahun 2026. Proyeksi ini mempertimbangkan dinamika moneter global, volatilitas nilai tukar rupiah, dan arah kebijakan pemerintah yang akan datang.
MNC Sekuritas memprediksi IHSG berpotensi mencapai level tertinggi (bull case) di 9.000 pada tahun 2026. Sementara itu, skenario moderat (skenario dasar) menempatkan IHSG di 8.350, dan skenario terburuk (bear case) berada di level 7.600.
Herditya Wicaksana, Head of Research MNC Sekuritas, menjelaskan bahwa proyeksi tersebut disusun berdasarkan berbagai skenario yang realistis, dengan asumsi bahwa tekanan dinamika moneter akan sedikit mereda. “Kami memperkirakan hal ini akan sangat dipengaruhi oleh kondisi moneter, baik secara global maupun di dalam negeri,” ungkapnya saat dihubungi Bisnis pada Rabu, 3 Desember 2025.
Lebih lanjut, Herditya menambahkan bahwa potensi penurunan suku bunga acuan di masa depan dapat menjadi katalis positif yang mendukung aktivitas di pasar saham.
Baca Juga: IHSG Ditutup Melemah 0,06% ke 8.611, Saham CUAN, CDIA hingga DSSA Kompak Merah
Namun, pelaku pasar juga perlu mewaspadai risiko pergerakan nilai tukar rupiah yang diperkirakan akan tetap bergejolak, terutama di tengah ekspektasi penurunan suku bunga. Volatilitas rupiah ini dapat menjadi faktor penghambat bagi pertumbuhan IHSG.
Selain faktor moneter, proyeksi IHSG juga mempertimbangkan fundamental ekonomi makro. Target pertumbuhan ekonomi pemerintah yang berada di kisaran 5,3% dinilai akan menjadi salah satu pendorong utama. Keberhasilan mencapai target ini akan sangat krusial dalam menjaga kinerja emiten di berbagai sektor.
Baca Juga: Kelakar Purbaya IHSG Bisa Tembus 8.650 Hari Ini Rabu (3/12)
Risiko fiskal juga menjadi perhatian dalam kalkulasi proyeksi IHSG. Beberapa program prioritas pemerintah membutuhkan alokasi anggaran yang besar. Pengelolaan risiko fiskal yang kurang optimal dapat membebani sentimen investasi dan mempengaruhi pergerakan pasar saham.
“Untuk pasar saham, kami perkirakan akan dipengaruhi oleh regulasi pemerintah di masa depan, yang berpotensi memengaruhi iklim investasi dan selanjutnya berdampak pada aliran modal asing (inflow),” kata Herditya.
Baca Juga: JP Morgan Ramal IHSG Tembus 10.000 pada 2026
Pada perdagangan sebelumnya, Selasa (2 Desember), IHSG kembali mencetak rekor tertinggi baru (all-time high/ATH) di level 8.617,04 setelah ditutup menguat 0,80%.
Tercatat, sebanyak 369 saham mengalami kenaikan, 278 saham mengalami penurunan, dan 159 saham stagnan. Kapitalisasi pasar (market cap) mencapai Rp15.842 triliun.
________
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Ringkasan
MNC Sekuritas memproyeksikan IHSG berpotensi mencapai level 9.000 pada tahun 2026 dalam skenario optimis, dengan skenario moderat di 8.350 dan skenario pesimis di 7.600. Proyeksi ini mempertimbangkan dinamika moneter global dan domestik, serta kebijakan pemerintah mendatang.
Faktor-faktor yang memengaruhi proyeksi ini meliputi potensi penurunan suku bunga acuan yang dapat menjadi katalis positif, volatilitas nilai tukar rupiah, target pertumbuhan ekonomi pemerintah, dan pengelolaan risiko fiskal. Regulasi pemerintah di masa depan juga diperkirakan akan memengaruhi iklim investasi dan aliran modal asing.



