Aksi jual pasca-pengumuman pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed menjadi pemicu utama koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada penutupan perdagangan Kamis (18/9/2025), IHSG tercatat melemah 0,21%, berakhir di level 8.008, sebuah situasi yang diprediksi akan terus berlanjut hingga Jumat (19/9). Menurut Alrich Paskalis Tambolang, Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, pelemahan ini tak lepas dari keputusan bank sentral Amerika Serikat tersebut yang memangkas suku bunganya ke kisaran 4–4,25% sehari sebelumnya.
Lebih lanjut, Alrich menjelaskan bahwa meskipun The Fed mengisyaratkan dua kali penurunan suku bunga lagi tahun ini, proyeksi untuk tahun-tahun mendatang justru mengecewakan. Indikasi hanya satu kali pemangkasan pada tahun 2026, satu kali pada tahun 2027, dan absennya pemangkasan di tahun 2028, memicu sentimen negatif. “Ini cukup mengecewakan pasar yang berharap pemangkasan suku bunga lebih banyak akan berlanjut pada tahun depan,” ungkap Alrich kepada Kontan pada Kamis (18/9/2025), menggarisbawahi respons pasar yang tidak sesuai ekspektasi.
Di samping sentimen makro dari The Fed, pelemahan IHSG juga diperparah oleh aksi profit taking atau ambil untung setelah indeks ini sempat menyentuh level tertinggi baru. Para investor memanfaatkan kenaikan signifikan untuk merealisasikan keuntungan, yang turut menekan pergerakan indeks.
Dari sudut pandang analisis teknikal, Alrich mencermati beberapa indikator. Ia melihat MACD membentuk golden cross dengan histogram positif, sementara Stochastic RSI masih bergerak di area pivot. Namun, indikator Accumulation/Distribution justru mengisyaratkan adanya distribusi yang signifikan, didukung oleh peningkatan volume jual, menunjukkan tekanan jual yang cukup kuat di pasar.
Meski demikian, posisi IHSG yang masih bertahan di atas level MA20 dan MA200 memberikan sinyal positif bahwa tren jangka pendek maupun jangka panjang tetap berada di area bullish. Akan tetapi, indeks kini berada di upper band Bollinger Bands, yang bagi Alrich, merupakan indikasi kuat potensi koreksi jangka pendek atau konsolidasi. Ini terjadi karena IHSG sudah mendekati area overbought. Dengan mempertimbangkan kondisi teknikal ini, Alrich memproyeksikan IHSG akan cenderung bergerak sideways pada Jumat (19/9), dengan level support di 7.970 dan resistance di 8.070.
Selain faktor domestik dan AS, sentimen pasar global juga akan menjadi perhatian investor pada hari Jumat. Keputusan moneter dari Bank of Japan (BoJ) akan sangat dicermati, di mana BoJ diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 0,5%, posisi tertinggi sejak tahun 2008. Dari Eropa, data retail sales Inggris untuk bulan Agustus 2025 juga akan dirilis, dengan proyeksi perlambatan menjadi 0,4% secara bulanan (month-on-month/MoM) dari sebelumnya 0,6% di bulan Juli 2025, menambah dinamika pada pasar saham global.