JAKARTA – Alarm bahaya bagi kesehatan pesepak bola kembali dibunyikan. Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, bersama Presiden FIFPRO (Serikat Pesepak Bola Dunia), David Terrier, secara tegas menyerukan tindakan konkret untuk melindungi para pemain. Keduanya sepakat bahwa jadwal pertandingan padat telah mencapai titik kritis, mengancam kesejahteraan atlet dan integritas olahraga.
Pernyataan bersama ini muncul di tengah gelombang kekhawatiran yang meningkat. Salah satunya datang dari pelatih Barcelona, Hansi Flick, yang mengecam penanganan tim nasional Spanyol terhadap cedera pangkal paha Lamine Yamal. Menurut Flick, pemain berusia 18 tahun itu dipaksa bermain di kualifikasi Piala Dunia 2026, bahkan setelah mengeluh sakit dan memerlukan pereda nyeri.
Situasi serupa juga mencuat dari Paris Saint-Germain (PSG). Klub raksasa Prancis itu menuding tim medis tim nasional Prancis mengabaikan rekomendasi mereka, yang berujung pada kembalinya Ousmane Dembele dan Desire Doue ke Paris dalam kondisi cedera. Meredakan ketegangan, Serikat Pemain Prancis (UNFP) secara terbuka menyalahkan kalender internasional yang dinilai terlalu padat dan sangat berisiko bagi kesehatan pemain.
Merespons krisis ini, dalam pertemuan penting pekan lalu di Albania, Ceferin dan Terrier menekankan esensi kolaborasi lintas sektor. Mereka menyerukan kerja sama erat antara UEFA, federasi nasional, liga, klub, dan serikat pemain. Tujuannya jelas: melindungi kesejahteraan pesepak bola sekaligus menjaga nilai-nilai fundamental sepak bola Eropa.
“Kolaborasi kami dengan FIFPRO Eropa mencerminkan tanggung jawab bersama untuk menjaga kesehatan pemain dan memperkuat fondasi permainan,” ujar Ceferin. Ia menambahkan, sepak bola tim nasional tetap menjadi pilar identitas dan persatuan Eropa. Di tengah tuntutan yang terus meningkat terhadap pemain, Ceferin menegaskan bahwa kerja sama ini sangat penting untuk mencapai solusi seimbang demi masa depan sepak bola yang berkelanjutan.
Senada dengan Ceferin, Terrier menyoroti urgensi tindakan kolektif dari seluruh pemangku kepentingan. “Kita semua menyadari bahwa kalender pertandingan sudah mencapai titik jenuh,” kata Terrier. “Di Eropa, kita beruntung memiliki perangkat dan mitra – termasuk klub, liga, dan federasi – untuk menyusun protokol yang melindungi kesejahteraan pemain, sekaligus memastikan sepak bola tim nasional dan klub terus menginspirasi, menyatukan, dan berkembang.”
Konflik antara klub dan federasi terkait pemain yang membela tim nasional bukanlah hal baru. FIFA bahkan telah meluncurkan FIFA Club Protection Programme, sebuah inisiatif yang memberikan kompensasi kepada klub yang pemainnya cedera saat bertugas negara. Namun, bagi klub-klub top Eropa yang harus bertarung di berbagai kompetisi, kesehatan pemain jauh lebih utama ketimbang nilai kompensasi. Prioritas mereka adalah memastikan kebugaran optimal setiap anggota tim, mengingat setiap cedera berpotensi merugikan performa dan ambisi klub di ajang domestik maupun internasional.
Ringkasan
UEFA dan FIFPRO menyerukan tindakan nyata untuk melindungi kesehatan pemain sepak bola di tengah jadwal pertandingan yang semakin padat. Seruan ini muncul setelah beberapa kasus pemain cedera karena diduga dipaksa bermain oleh tim nasional, seperti yang dialami pemain Barcelona dan PSG. Hal ini memicu konflik antara klub dan federasi.
Presiden UEFA dan FIFPRO menekankan pentingnya kolaborasi antara UEFA, federasi nasional, liga, klub, dan serikat pemain untuk melindungi kesejahteraan pemain dan menjaga nilai-nilai sepak bola Eropa. Mereka menyadari bahwa kalender pertandingan sudah mencapai titik jenuh dan tindakan kolektif diperlukan untuk menyusun protokol yang melindungi pemain, serta memastikan sepak bola tim nasional dan klub terus berkembang.