CENTER of Economic and Law Studies (Celios) baru saja merilis hasil studi terbarunya, Indeks Provinsi China-Indonesia 2025, yang mengkaji perkembangan pengaruh Tiongkok di berbagai provinsi di Indonesia. Studi yang berlangsung selama setahun penuh, dari 1 Agustus 2024 hingga 1 Agustus 2025, ini menyoroti dinamika kehadiran Tiongkok di berbagai sektor.
Laporan Celios menunjukkan bahwa sektor ekonomi menjadi domain dengan pengaruh Tiongkok terkuat, mencapai 41,2 persen. Pengaruh ini meliputi aktivitas perdagangan, investasi, dan pembangunan infrastruktur. “Ekonomi merupakan pilar utama kehadiran Tiongkok di Indonesia,” ungkap Muhammad Zulfikar Rakhmat, Direktur Desk Cina-Indonesia Celios, saat peluncuran riset di Jakarta, Rabu (10 September 2025).
Lebih detail, studi ini menemukan bahwa Sumatera Utara menjadi pusat aktivitas ekonomi Tiongkok dengan kontribusi mencapai 83,3 persen. Menyusul kemudian Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan Kalimantan Timur. Menariknya, aktivitas ekonomi Tiongkok belum terdeteksi di Sumatera Barat dan Papua Pegunungan.
Selain sektor ekonomi, pengaruh Tiongkok juga merambah aktivitas sosial masyarakat, mencapai 22,1 persen. Celios mencatat konektivitas sosial ini terwujud melalui berbagai kegiatan, seperti komunitas diaspora Tiongkok, festival budaya, dan program pertukaran pelajar. Bali memimpin dalam sektor ini dengan kontribusi 50 persen, diikuti Sumatera Utara (44,4 persen) dan Jakarta (38,9 persen), yang menunjukkan pijakan sosial yang signifikan.
Pengaruh Tiongkok juga merambah ranah politik lokal, meskipun dengan angka yang lebih kecil, yaitu 12,7 persen. Keterlibatan ini, menurut Celios, paling terasa di Sumatera Utara (40 persen) dan Jawa Tengah (32,5 persen). “Pemerintah provinsi dan aktor politik di daerah-daerah ini aktif menjalin perjanjian, pertukaran, dan kunjungan sosial dengan mitra dari Tiongkok,” jelas Zulfikar.
Di sektor akademik, pengaruh Tiongkok tercatat sebesar 12,7 persen, yang diwujudkan melalui kemitraan antar institusi pendidikan, program beasiswa, dan jaringan penelitian bersama. Wilayah yang paling merasakan dampak ini adalah Sumatera Utara dan Jawa Timur (40,9 persen), Jawa Barat (34,1 persen), Bali (31,8 persen), dan Yogyakarta (29,6 persen).
Sektor-sektor lain seperti teknologi (7,4 persen), kebijakan luar negeri (3,6 persen), dan media (0,7 persen) juga menunjukkan adanya pengaruh Tiongkok, meskipun dalam skala yang lebih kecil.
Secara geografis, studi Celios menyoroti adanya dominasi pengaruh Tiongkok di wilayah Barat dan Tengah Indonesia, seperti Sumatera Utara, Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi. Sebaliknya, wilayah Kalimantan, Maluku, dan Papua menunjukkan tingkat pengaruh yang lebih rendah. “Provinsi di Papua menunjukkan kehadiran Tionghoa yang sangat kecil atau bahkan tidak terukur,” pungkas Zulfikar, menggarisbawahi disparitas regional dalam penerimaan pengaruh Tiongkok.
Pilihan Editor: Strategi Lanjutan Setelah Tarif Trump Berlaku