Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa utang masyarakat yang menggunakan layanan Buy Now Pay Later (BNPL) melalui perbankan terus menunjukkan tren peningkatan. Hingga Juli 2025, total kredit pay later yang disalurkan bank mencapai Rp 24,05 triliun. Angka ini mengalami kenaikan signifikan dibandingkan bulan sebelumnya, yang tercatat sebesar Rp 22,99 triliun.
Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, dalam siaran pers yang dikutip Sabtu, 6 September 2025, menjelaskan bahwa porsi kredit BNPL perbankan saat ini menempati 0,30 persen dari total keseluruhan kredit bank. Menurutnya, segmen ini konsisten menorehkan pertumbuhan tahunan yang tinggi. Sebagai perbandingan, pada bulan sebelumnya, porsi layanan pay later di sektor perbankan berada di angka 0,28 persen dari total kredit.
Tidak hanya nilai kredit, jumlah rekening bank yang memanfaatkan layanan pay later juga menunjukkan pertumbuhan yang impresif. Berdasarkan data dari Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK), jumlah rekening pay later di perusahaan perbankan per Juli 2025 telah mencapai 28,25 juta. Angka ini melonjak dari catatan sebelumnya, di mana pada Mei dan Juni masing-masing tercatat 26,96 juta dan 24,79 juta rekening.
Fenomena pertumbuhan ini tidak hanya terbatas pada sektor perbankan. Kredit pay later di perusahaan pembiayaan atau multifinance juga mengalami ekspansi yang berkelanjutan. Data SLIK menunjukkan bahwa pembiayaan pay later dari multifinance pada Juli 2025 telah menyentuh angka Rp 8,81 triliun.
Segmen kredit buy now pay later di perusahaan pembiayaan ini mencatatkan pertumbuhan tahunan yang sangat kuat, yakni sebesar 56,74 persen pada Juli 2025. Angka pertumbuhan ini sedikit lebih tinggi dari bulan sebelumnya, yang tercatat di level 55,75 persen, mengindikasikan semakin meluasnya adopsi layanan BNPL di berbagai lapisan masyarakat.
Pilihan Editor: Sumber Masalah Protes Publik Terhadap Kebijakan Anggaran Sri Mulyani
