Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia, Simon Tahamata, mengirimkan pesan tegas kepada skuad Garuda. Hal ini menyusul keputusan bek Mees Hilgers yang memilih absen membela tim Merah Putih dalam ajang FIFA Matchday September 2025.
Keputusan Mees Hilgers untuk tidak bergabung dengan skuad Garuda pada FIFA Matchday September 2025 ini sontak menjadi sorotan. Pemain berusia 24 tahun dari Twente FC tersebut beralasan harus fokus pada proses perpindahan ke klub barunya, sehingga tidak dapat memperkuat lini belakang Timnas Indonesia saat menghadapi Taiwan dan Lebanon.
Padahal, Timnas Indonesia sendiri telah mempersiapkan diri dengan matang. Dua laga persahabatan krusial melawan Taiwan dan Lebanon akan berlangsung di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, pada tanggal 5 dan 8 September 2025. Pertandingan uji coba ini menjadi persiapan vital menuju putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang dijadwalkan pada Oktober 2025.
Di bawah arahan pelatih Patrick Kluivert, Timnas Indonesia dipastikan akan bersaing ketat di Grup B bersama dua tim kuat, Arab Saudi dan Irak, dalam babak Kualifikasi Piala Dunia 2026. Untuk itu, Kluivert telah memanggil 27 pemain terbaik, termasuk tiga nama baru berdarah keturunan yang diharapkan membawa angin segar: Miliano Jonathans, Adrian Wibowo, dan Mauro Zijlstra. Kehadiran para pemain ini diharapkan mampu memperkuat tim menjelang laga-laga penting tersebut.
Merespons absennya Hilgers, Simon Tahamata menyuarakan kekecewaan mendalam. Mantan pemain legendaris Ajax Amsterdam ini menegaskan bahwa setiap pemain yang mendapat panggilan untuk membela Timnas Indonesia seharusnya menunjukkan totalitas dan komitmen penuh, bukan sikap setengah hati.
“Timnas Indonesia punya hak untuk memanggil pemain, karena mereka harus melakukannya. Mereka harus membela Timnas,” ujar Simon Tahamata kepada awak media di Bekasi, menekankan pentingnya respons positif dari pemain. “Jadi, mereka harus memberikan izin untuk bergabung. Namun, itu semua tergantung pilihan pemainnya.”
Ia melanjutkan, “Jika ia ingin bermain di sini, dia akan melakukan segalanya untuk bisa bermain di sini. Namun, tidak setengah-setengah.” Meskipun memahami bahwa setiap pemain memiliki pertimbangan pribadi, seperti keluarga dan jarak tempuh yang jauh dari Eropa ke Indonesia, Tahamata tetap mengingatkan akan krusialnya mengikuti kata hati dengan komitmen tulus saat membela panji negara.
Lebih dari sekadar kasus Mees Hilgers, Simon Tahamata juga menyoroti tanggung jawab besar yang diemban oleh semua pemain Timnas Indonesia terhadap masyarakat dan para penggemar setia. Ia mengirimkan peringatan keras mengenai pengorbanan para suporter yang selalu setia memenuhi stadion, mendesak para pemain untuk memahami nilai dari dukungan tulus tersebut.
“Saya tidak tahu harus katakan apa. Anda bisa berteriak, Anda bisa teriak, tapi Anda tidak tahu apa-apa, tidak tahu perjanjiannya,” kata Simon Tahamata. “Tapi, Anda tahu, mereka punya hak untuk berteriak karena mereka membayar banyak uang. Para pemain perlu paham bahwa mereka membayar dengan gaji atau usaha mereka. Karena jika tidak banyak penonton yang datang ke stadion, akan terasa sulit bukan. Saya tahu akan itu karena kita ini seniman.”
Menurut Simon Tahamata, membela Timnas Indonesia bukan hanya tentang kualitas individu, melainkan juga sebuah bentuk penghargaan terhadap pengorbanan dan kepercayaan suporter. Kepercayaan publik yang begitu besar tak boleh dikhianati dengan sikap yang kurang total. Oleh karena itu, ia kembali mengingatkan setiap pemain agar senantiasa berkomitmen dengan sepenuh hati saat mengenakan seragam kebanggaan Timnas Indonesia.
“Lihat saja berapa banyak orang yang datang ke stadion di sini (di GBK) maksimalnya? 60 ribu orang datang untuk menyaksikan mereka. Mereka ingin menikmati,” pungkas Simon Tahamata. “Setiap anak muda di sini ingin menaruh nama mereka di belakang jersey Timnas. Mereka ingin melihat bagaimana rasanya bermain untuk tim. Mari kita berharap itu akan membaik.”
Ringkasan
Simon Tahamata, Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia, menyampaikan pesan tegas terkait batalnya Mees Hilgers membela timnas pada FIFA Matchday September 2025. Hilgers beralasan fokus pada kepindahan klub, sementara Timnas Indonesia tengah mempersiapkan diri menghadapi Taiwan dan Lebanon sebagai persiapan Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Tahamata menekankan pentingnya komitmen penuh pemain yang dipanggil Timnas Indonesia, mengingat pengorbanan suporter yang selalu mendukung. Ia mengingatkan bahwa membela Timnas bukan hanya soal kualitas individu, tetapi juga penghargaan terhadap kepercayaan publik dan dukungan yang diberikan.