Menjalin hubungan asmara dengan seseorang yang memiliki sifat manja bisa menjadi pengalaman yang menguras tenaga dan emosi secara berlebihan. Padahal, fondasi sebuah hubungan yang langgeng dan membahagiakan terletak pada keseimbangan, saling menghargai, serta dukungan timbal balik yang tulus.
Jika Anda terus-menerus merasa berada dalam peran sebagai pengasuh, alih-alih seorang pasangan yang berbagi perjalanan hidup bersama, mungkin ini adalah saat krusial untuk mengevaluasi kembali kelayakan hubungan tersebut untuk dipertahankan. Hubungan yang ideal seharusnya saling menguatkan, bukan malah menciptakan beban berat di salah satu pihak.
Ketika pasangan Anda menunjukkan perilaku yang terlalu manja, sering kali Anda akan merasa seperti sedang membesarkan seorang anak kecil, bukan menjalin kemitraan yang setara dan dewasa. Karakteristik yang kerap melekat pada pribadi manja adalah kecenderungan untuk selalu mengutamakan kepentingan diri sendiri, kesulitan luar biasa dalam menerima kritik, serta mengabaikan atau bahkan melanggar batasan-batasan yang ditetapkan orang lain.
Apabila Anda mulai menyadari bahwa hubungan yang sedang dijalani lebih banyak menguras energi positif daripada memberikan kebahagiaan, pertimbangkanlah untuk melakukan evaluasi mendalam. Dikutip dari Small Business Bonfire pada Jumat (21/3), berikut adalah delapan indikasi kuat bahwa Anda mungkin sedang berada dalam jalinan asmara dengan sosok yang terlalu manja.
- Lebih Banyak “Aku” daripada “Kita”
Sebuah jalinan asmara yang sehat berpondasi pada prinsip memberi dan menerima secara seimbang. Namun, ketika perhatian pasangan Anda lebih sering tertuju pada dirinya sendiri ketimbang pada dinamika hubungan secara keseluruhan, itu adalah alarm peringatan akan sifat egois yang mendalam. Individu yang manja kerap memprioritaskan kebutuhan pribadinya di atas segalanya, dengan harapan Anda selalu menjadi pihak yang mengalah dan menyesuaikan diri.
Perhatikan baik-baik jika frekuensi kata “saya” jauh melampaui “kita” dalam percakapan sehari-hari; ini adalah indikasi awal bahwa pasangan Anda menempatkan egonya di posisi teratas. Ingatkah Anda saat melihat anak kecil meraung-raung di toko karena tidak mendapatkan mainan? Jika pasangan Anda menunjukkan perilaku serupa—merajuk, meluapkan amarah, atau bahkan memanipulasi emosi demi tercapainya keinginan—itu adalah bukti nyata kemanjaan. Individu dewasa yang matang memahami pentingnya komunikasi yang efektif dan rasional. Oleh karena itu, jika pasangan Anda lebih sering menggunakan ledakan emosi daripada pendekatan logis untuk mencapai tujuannya, waspadalah, ini bisa menjadi pertanda buruk yang mengikis fondasi hubungan.
- Kurangnya Empati
Empati adalah pilar fundamental dalam membangun dan memelihara hubungan yang sehat. Namun, seseorang yang manja sering kali begitu terpaku pada perasaannya sendiri hingga luput atau enggan memahami perspektif dan emosi Anda. Jika pasangan Anda secara konsisten mengabaikan, meremehkan, atau bahkan tidak peduli terhadap apa yang Anda rasakan, ini adalah tanda yang jelas bahwa ia kekurangan empati yang esensial untuk membina ikatan asmara yang matang dan saling pengertian.
- Hanya Bersikap Manis Saat Butuh Sesuatu
Ketulusan kasih sayang dalam sebuah hubungan sejati tercermin dari konsistensi perhatian dan afeksi, bukan sekadar respons terhadap kebutuhan sesaat. Apabila pasangan Anda tiba-tiba berubah menjadi sosok yang sangat menawan dan penuh perhatian saat membutuhkan bantuan atau sesuatu dari Anda, tetapi kembali acuh tak acuh setelah keinginannya terpenuhi, ini adalah bentuk manipulasi yang berbahaya. Jangan biarkan diri Anda terus-menerus terjebak dalam pola hubungan yang transaksional dan tidak tulus seperti ini.
- Tidak Bisa Menerima Kritik
Tiada manusia yang sempurna, dan kritik yang membangun seharusnya menjadi peluang berharga untuk tumbuh dan berkembang. Namun, pasangan yang manja cenderung menunjukkan reaksi defensif, marah, atau bahkan menolak sepenuhnya saat dihadapkan pada kritik, sepele apa pun kesalahan yang disampaikan. Jika setiap kali Anda mencoba memberikan masukan yang konstruktif, pasangan Anda justru merasa tersinggung, menyerang balik, atau menghindar dari tanggung jawab, ini bisa menjadi indikasi bahwa ia belum siap untuk menjalani hubungan yang dewasa dan matang.
- Menuntut Terlalu Banyak
Setiap hubungan membutuhkan kompromi dan pengertian. Akan tetapi, jika pasangan Anda memiliki ekspektasi yang tidak realistis—seperti menuntut perhatian tanpa henti, mengharapkan hadiah mewah secara konstan, atau selalu ingin diprioritaskan tanpa pernah memberikan timbal balik yang setara—ini adalah manifestasi jelas dari sikap manja. Pasangan yang ideal memahami bahwa hubungan adalah tentang keseimbangan dan kontribusi dua arah, bukan hanya tentang pemenuhan keinginan satu pihak saja.
- Tidak Pernah Mau Mengakui Kesalahan
Dalam jalinan hubungan yang sehat, kedua belah pihak harus memiliki kapasitas untuk mengakui kesalahan, bertanggung jawab atas tindakan mereka, dan belajar dari setiap pengalaman. Namun, individu yang manja sering kali menolak untuk mengambil tanggung jawab dan lebih memilih untuk melemparkan kesalahan kepada orang lain. Jika setiap konflik atau pertengkaran selalu berakhir dengan Anda yang harus mengalah atau meminta maaf, mungkin pasangan Anda bukanlah sosok yang tepat untuk diajak membangun fondasi hubungan jangka panjang yang sehat dan adil.
- Tidak Menghormati Batasan Anda
Setiap individu memiliki batasan pribadi yang sakral dan wajib dihormati, baik itu terkait waktu, ruang pribadi, maupun perasaan. Namun, pasangan yang manja cenderung abai atau bahkan sengaja melanggar batasan-batasan ini. Mereka mungkin kerap menuntut perhatian berlebihan, mengabaikan perasaan Anda yang tersakiti, atau bahkan menggunakan rasa bersalah sebagai senjata emosional untuk memanipulasi agar keinginannya terpenuhi. Jika pasangan Anda terus-menerus melanggar batas yang sudah Anda tetapkan, ini adalah sinyal bahaya serius yang dapat merusak kualitas hubungan Anda.(jpc)
Ringkasan
Hubungan dengan pasangan yang terlalu manja dapat menguras energi dan emosi. Ciri-cirinya antara lain: egois (lebih mementingkan diri sendiri, sering menggunakan kata “aku” daripada “kita”), kurang empati, perhatian hanya diberikan saat membutuhkan sesuatu, tidak menerima kritik, menuntut berlebihan, tidak mau mengakui kesalahan, dan tidak menghormati batasan pribadi.
Jika pasangan menunjukkan perilaku-perilaku tersebut, hubungan tersebut perlu dievaluasi. Hubungan yang sehat didasarkan pada keseimbangan, saling menghargai, dan dukungan timbal balik. Perhatikan apakah hubungan tersebut lebih banyak memberikan beban daripada kebahagiaan.