Ruben Xaus, mantan pembalap motor asal Spanyol, baru-baru ini berbagi pandangannya mengenai GP Hungaria, menyoroti beberapa aspek krusial yang berkaitan dengan dua pembalap utama Ducati, Marc Marquez dan Francesco Bagnaia. Komentar Xaus, seperti dilansir dari MotoSan, menawarkan analisis mendalam tentang strategi dan kondisi mental para bintang MotoGP.
Menurut Xaus, Marc Marquez menunjukkan perubahan signifikan dalam pendekatannya musim ini. “Marc telah tampil menyerang pada paruh pertama musim ini dan sekarang, paruh kedua, akan berfokus pada strategi,” ungkap Xaus. Transisi ini bukan tanpa alasan; posisinya yang nyaman dan ketenangan mental memberinya keleluasaan. “Hal itu membuat segalanya berjalan jauh lebih lancar,” tambahnya.
Dalam balapan, Marquez terlihat mengamati pergerakan lawan, menunggu momen yang tepat. “Ada pembalap baru yang beraksi akhir pekan ini, tetapi Marquez menunggu pembalap lain melakukan kesalahan dan mendekati balapan dengan menyadari bahwa ia memiliki ruang untuk bermanuver,” jelas Xaus. Kemampuan untuk mengontrol ritme balapan, bahkan “bermain” dengan para rival, adalah cerminan dari dominasinya. “Dan ketika Anda bermain, Anda menghancurkan. Ini menunjukkan kekuatan yang dimiliki Marc Marquez,” tegasnya, menyoroti superioritas sang pembalap.
Xaus juga menggarisbawahi evolusi Marquez pasca-cedera. Ia kini tak perlu lagi membuktikan apa pun di trek. “Ia tahu bahwa jika terjadi sesuatu, ia tidak perlu membuktikan apa pun. Cedera telah membuatnya berkembang. Ini menunjukkan kekuatan yang dimiliki Marc Marquez,” kata Xaus, menekankan bahwa pengalaman sulit tersebut justru menempa mental dan strateginya.
Kontras dengan Marquez, Francesco Bagnaia tampaknya masih menghadapi kebuntuan dalam mengendalikan motornya, dan kesabarannya pun mulai menipis. Xaus menyoroti aspek emosional sebagai faktor krusial di level elite. “Masalah emosional di level elite adalah segalanya. Masalah Pecco bagi saya adalah ia juga rentan terhadap gangguan di level lain,” ulasnya.
Situasi semakin rumit ketika rekan setimnya tampil cemerlang. “Ketika segalanya terasa mudah bagi rekan setim, itu justru mempersulit hidup. Dan Anda harus segera membalikkan keadaan, atau malah menjadi lebih rumit,” tutur Xaus, menekankan pentingnya respons cepat. Lebih lanjut, Xaus menilai ada kesadaran yang terlambat dari Bagnaia. “Salah satu kesalahan Bagnaia adalah ia terlalu lama menyadari bahwa Marc Marquez lebih baik darinya. Saya pikir Pecco punya banyak bakat,” ujarnya, meskipun tetap mengakui bakat alami Pecco.
Singkirkan Hubungan Dekat dengan Rossi, Morbidelli Jawab Kenapa Marc Marquez Tetap Tak Lebih Baik
Tidak ketinggalan, Xaus juga menyinggung kondisi Alex Marquez yang belakangan kurang beruntung. Mengenai potensi bantuan dari kakaknya, Marc, Xaus memberikan pandangan realistis. “Marc punya kemampuan hebat untuk memisahkan berbagai hal. Dia tahu bahwa dia bisa membantu saudaranya sebisa mungkin, tapi ia yang utama,” ungkapnya. Ini menunjukkan prioritas Marc pada ambisinya sendiri.
Xaus melanjutkan, “Dengan egois, ia memenangkan gelar. Bahwa ia punya kesempatan untuk membantu saudaranya? Baiklah, bahwa ia tidak selevel saya sekarang karena kejuaraan masih panjang? Baiklah juga. Tapi ia yang utama.” Komentar ini menegaskan bahwa meskipun ada ikatan keluarga, tujuan pribadi Marc untuk meraih gelar tetap menjadi yang terpenting.
Beralih ke pembalap lain, Jorge Martin dari Aprilia menjadi sorotan setelah performa gemilangnya di GP Hungaria, berhasil melesat dari posisi ke-16 menuju posisi keempat. Xaus mengungkapkan, “Jorge Martin belum berlari satu kilometer pun sepanjang tahun dan kabarnya motor Aprilia-nya buruk. Apakah dia sekarang akan mengendarai Honda?” sindirnya, mengacu pada persepsi awal terhadap motor Aprilia.
Namun, Aprilia membuktikan sebaliknya. “Aprilia, yang tampaknya kekurangan anggaran, sekali lagi menunjukkan kemampuannya untuk memperbarui diri dengan motor yang lebih rendah dari yang lain, dan anggarannya juga lebih rendah,” puji Xaus. Dengan hanya satu pembalap di trek, tim tersebut mampu meraih hasil impresif dan podium. “Jorge telah kembali dan menunjukkan potensinya. Itu menunjukkan betapa tipisnya persaingan,” imbuhnya, menyoroti talenta Martin.
Xaus yakin Jorge Martin adalah pesaing serius. “Martin tidak akan membalap motor tanpa keinginan untuk menang. Ada banyak hal yang mendorongnya, tetapi saya pikir dia bisa mempersulit Marc,” prediksinya. Meskipun pernah mengalami pasang surut, dari Pramac ke Aprilia yang awalnya dianggap kurang kompetitif, Martin tetap fokus pada tujuannya.
“Dia di Pramac dan semuanya berjalan baik dan lancar untuknya, lalu dia naik Aprilia, lalu mundur selangkah dan harus menerima bahwa motornya mungkin bukan yang paling kompetitif,” jelas Xaus mengenai perjalanan Martin. Namun, Martin bertekad untuk membuktikan kemampuannya. “Sudah sekitar delapan bulan sejak seluruh situasi ini, dan bagi saya, sebagai pembalap dan talenta, Jorge Martin lebih baik daripada Bezzecchi. Mungkin dia lebih emosional atau lebih sensitif, tapi itu tidak masalah,” tutup Xaus, menempatkan Martin di atas Bezzecchi dalam hal bakat.
Ducati Diejek Kasihan jika Tanpa Marc Marquez, Pengamat Tanpa Ampun Kuliti Bagnaia
Ringkasan
Ruben Xaus, mantan pembalap motor, menyoroti performa Marc Marquez yang kini lebih strategis dan tenang, membuatnya dominan di lintasan. Marquez dinilai mampu mengontrol ritme balapan dan bahkan “bermain” dengan rivalnya, menunjukkan kekuatan mental dan adaptasinya pasca-cedera. Strategi ini kontras dengan Francesco Bagnaia yang tampak kesulitan mengendalikan motor dan tertekan, terutama dengan performa rekan setimnya.
Xaus juga menyoroti Jorge Martin dari Aprilia yang tampil gemilang di GP Hungaria, membuktikan potensi motor Aprilia meski awalnya dianggap kurang kompetitif. Martin dinilai sebagai pesaing serius yang fokus pada kemenangan dan memiliki potensi untuk mempersulit Marquez. Xaus bahkan menilai Martin memiliki bakat yang lebih baik dibandingkan Bezzecchi.