Ringkasan Berita:
- Kritikan dilayangkan oleh mantan pembalap Dunia, Virginio Ferrari, yang menilai MotoGP 2025 menyebalkan untuk ditonton
- Gaya balap modern yang mengganggu hingga banyaknya penalti yang acapkali merugikan pembalap jadi penyebab
- Ferrari merindukan Marco Simoncelli ketika menonton balapan yang punya gaya balap berani
mellydia.co.id – MotoGP 2025 yang jadi panggung kebangkitan Marc Marquez dengan menjadi juara dunia kelas premier lagi tak luput dari kritikan pedas.
Mantan pembalap dunia, Virginio Ferrari, rider asal Italia yang merupakan juara kedua dunia kelas 500cc pada tahun 1979 mengaku tidak betah ketika menonton balapan di televisi.
Bagi Ferrari, banyak hal yang tidak ia sukai secara pribadi ketika menonton gelaran balap kelas premier era modern saat ini.
Hal itu diungkap oleh eks rider elite dalam YouTube #ZamTube, yang memberikan sorotan dan kritik terhadap gaya balap rider MotoGP era sekarang yang dinilai kurang menyenangkan.
Ia mengaku sulit menikmati tontonan balapan karena banyak hal yang dianggapnya tidak sesuai dengan prinsip balap yang ia yakini.
“Terlalu banyak hal yang tidak saya sukai, jadi saya tidak selalu betah menonton balapan di televisi,” aku Virginio Ferrari, mengutip Motosan.
Ketika ditanya mengenai pendapatnya tentang musim balap 2025, Ferrari menjawab hanya sedikit yang dia sukai.
“Hanya sedikit yang saya suka, karena terlalu banyak hal yang menyebalkan bagi saya. Itulah mengapa saya tidak selalu menonton setiap balapan,” paparnya.
Kritik soal Gaya Balap Modern
Keluhan utamanya dari seorang Ferrari tertuju pada teknik balap yang sekarang dianggap wajib menurunkan kaki saat mengerem.
Di mana ketika era balap yang dilakoni Ferrari, kedua kaki harus tetap berada di motor hingga berhenti total.
“Hal pertama yang tidak saya sukai adalah kaki yang dikeluarkan saat pengereman. Saya tidak tahan melihatnya,” tuturnya.
Saya sangat yakin jika kedua kaki tetap berada di pijakan kaki, motor akan jauh lebih mudah dikendalikan saat posisi motor sedikit miring di batas maksimal pengereman.”
“Namun, ini tentu saja pendapat pribadi saya,” imbuh Ferrari.
Menurunkan kaki saat mengerem atau yang disebut dengan teknik The Leg Dangle yang menurut jurnalis teknis Mat Oxley ada alasan ilmiahnya.
Mengeluarkan kaki saat mengerem berfungsi untuk menurunkan pusat gravitasi dan menciptakan hambatan udara sehingga motor menjadi lebih stabil saat melambat secara ekstrem.
Selain itu, teknik ini membantu pembalap menyeimbangkan distribusi berat badan agar motor lebih mudah diarahkan masuk ke dalam tikungan jika mengutip Bremboo selaku pemasok rem MotoGP.
Aturan yang Terlalu Ketat
Selain gaya balap, Ferrari juga mengkritik kebiasaan penyelenggara yang memberikan sanksi pada setiap kontak antar-pembalap.
“Peraturan yang sering memberikan penalti, seperti hukuman putaran tambahan (long lap penalty), membuat balapan terasa aneh.”
“Dulu, persaingan sengit di lintasan selalu diselesaikan antar-pembalap sendiri, bukan oleh pihak ketiga (juri). Itulah pemikiran saya,” tegasnya.
Walau banyak yang tak ia sukai, Ferrari justru memuji perkembangan teknologi motor di kelas MotoGP.
“Apa yang saya suka? Tenaga motor yang terus meningkat setiap tahun dan catatan waktu putaran yang semakin cepat. Hanya itu saja,” katanya.
Kerinduan pada Marco Simoncelli
Di tengah banyak faktor yang kurang disukai oleh Ferrari, ia merindukan sosok pembalap dengan karakter yang kuat di MotoGP.
Adalah mendiang Marco Simoncelli, pembalap Italia yang meninggal dunia pada tahun 2011. Simoncelli dikenal dengan gaya balapnya yang berani dan menarik.
“Pembalap yang membuat saya bersemangat? Sayangnya, dia sudah tiada. Orang yang benar-benar membuat saya kagum adalah Sic (Simoncelli),” pungkasnya.
(Tribunnews.com/Niken)



