
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Peluang terjadinya fenomena Santa Claus Rally dan window dressing di pasar saham Indonesia menjelang akhir 2025 dinilai masih terbuka, didorong kebutuhan mempercantik kinerja portofolio akhir tahun serta ekspektasi penurunan suku bunga global.
Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, menilai kombinasi sentimen tersebut membuka peluang bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan penguatan hingga mendekati level psikologis 9.000.
“Untuk ke 9.000 saya rasa sangat possible,” ujar Ekky kepada Kontan, Senin (15/12/2025).
Dana Asing Berpotensi Keluar Hingga Akhir Tahun 2025, Cek Saham Rekomendasi Analis
Menurutnya, penguatan sejauh ini masih ditopang saham second liner dan konglomerasi, namun ke depan peluang rotasi ke saham big caps yang tertinggal, khususnya blue chip, semakin terbuka seiring masuknya dana asing dan aksi beli manajer investasi.
Sejalan dengan itu, Analis Fundamental BRI Danareksa Sekuritas, Abida Massi Armand, menilai peluang Santa Claus Rally tergolong tinggi, ditopang sinergi window dressing institusi domestik dan pemangkasan suku bunga Federal Reserve sebesar 25 basis poin pada Desember 2025 yang memberi sinyal risk-on global.
Meski demikian, ia mengingatkan besarnya akumulasi net sell asing sepanjang 2025 yang mencapai sekitar Rp42 triliun masih menjadi tantangan bagi reli yang lebih agresif.
Abida menilai reli akhir tahun berpotensi mendorong rotasi modal ke saham-saham big caps, khususnya konstituen LQ45 yang tertinggal, terutama di sektor perbankan.
Momentum ini dinilai dapat membantu LQ45 mengejar ketertinggalan sekaligus menopang penguatan IHSG yang lebih sehat, meski target 9.000 masih sangat bergantung pada pembalikan arus dana asing secara signifikan.
Emiten Hotel Tuai Berkah di Libur Akhir Tahun 2025, Cek Saham Rekomendasi Analis
Dalam menyikapi potensi reli musiman, Ekky menyarankan investor memanfaatkan momentum secara disiplin melalui rotasi bertahap ke saham berfundamental kuat yang masih lagging serta menghindari mengejar harga.
Senada, Abida merekomendasikan strategi buy on weakness pada saham blue chip LQ45, terutama perbankan besar seperti BBCA, BBRI, dan BMRI.
Selain sektor keuangan, sektor consumer discretionary juga dinilai berpotensi diuntungkan oleh momentum liburan dan belanja akhir tahun, dengan tetap memperhatikan strategi profit taking bertahap pascareli.



