Pasar barang mewah stagnan, kolektor kian selektif berburu nilai

Posted on

mellydia.co.id – JAKARTA. Pasar barang mewah atau segmen eksotis dinilai akan cenderung mengalami stagnasi hingga tertekan, sejalan dengan pelemahan minat kolektor dan kondisi makroekonomi yang belum stabil.

Jika mengacu pada riset Bain & Company bersama Altagamma pada November 2025, dinyatakan bahwa pasar barang mewah atau eksotis global tetap stabil di tengah gejolak makroekonomi tahun ini.

Pengeluaran konsumen seluruh dunia di berbagai segmen industri barang mewah dan eksotis diperkirakan mencapai €1,44 triliun pada tahun 2025 atau sebesar Rp 28.112 triliun. Capaian ini secara umum stagnan dibandingkan tahun lalu.

Namun, dicatat konsumen mengalami pergeseran tren. Maksudnya, konsumen cenderung memilih membeli pengalaman mewah daripada membeli barang-barang mewah nan eksotis yang lebih tradisional, seperti otomotif, tas kulit, maupun seni rupa.

Prospek Investasi ke Barang Eksotis Masih Lesu, Tren Pemulihan Bergantung Ekonomi

Permintaan seni rupa seperti lukisan atau patung pun akhirnya mengalami stagnasi. Lalu, barang berbahan kulit juga goyah karena kurangnya model tas andalan baru yang menarik dan kekinian. Sepatu juga tertinggal, terpengaruh oleh sensitivitas harga dan persaingan pakaian olahraga.

Di dalam negeri sendiri, Pengelola Balai Lelang Sidharta Auctioneer Amir Sidharta pun menyampaikan, penjualan karya seni rupa dalam lelang memang belum banyak meningkat sepanjang tahun 2025 ini.

Tetapi, dicatatnya, pertunjukan dan pasar seni rupa di Indonesia terus berkembang, terlihat dari banyaknya pameran dan fair seni seperti Art Jog, Art Jakarta, Art Moments, dan Art Subs di Surabaya.

“Di bulan November dan Desember tahun ini, balai lelang Sotheby’s dan Christie’s juga mencatat rekor-rekor dunia baru untuk beberapa perupa modern dan kontemporer dunia. Hal ini diharapkannya memperkuat kepercayaan masyarakat atas pasar seni rupa Indonesia,” jelas Amir kepada Kontan, Jumat (12/12/2025).

Amir pun mengamini bahwa peminat barang investasi eksotis berupa seni rupa dan lukisan kini tak sebesar rumah mewah maupun perhiasan.

Tetapi diyakininya, ke depan seni rupa masih memiliki potensi sebagai investasi alternatif yang menarik, karena nilai ekuitasnya yang sangat tinggi, serta aspek potensi keuntungan yang terbilang tinggi, dan faktor risiko yang relatif kecil atau terukur.

OJK Matangkan Aturan ETF Emas, Berpeluang Meluncur pada 2026

Dihubungi terpisah, Direktur Ruci Art Bima Rio Pasaribu mengaku, dalam dua pameran seni terakhir yang ia ikuti, penjualannya turun sekitar 40%.

“Begitu pula pameran di galeri kami. Di tahun 2025, peningkatan jumlah kolektor baru tidak eksponensial sebagaimana di tahun 2023–2024,” terang Rio kepada Kontan.

Menurut Rio, hal ini sejalan dengan kondisi seni rupa eksotis yang kini tidak menjadi tujuan utama untuk berinvestasi. Seiring dengan berkembangnya era digital, terutama kehadiran AI, banyak kolektor muda berpendapat bahwa seniman akan mendapatkan tantangan baru untuk menghasilkan karya seni yang memang benar-benar berbeda dari apa yang sekadar dapat dilahirkan oleh AI.

Melihat prospek pasar seni rupa eksotis di Indonesia tahun depan, Rio tak berharap banyak. Semuanya bergantung pada keadaan makroekonomi Indonesia.

Bilamana perekonomian tak tumbuh dengan baik, maka perkembangan pasar baru seni rupa juga akan sulit berkembang. Sehingga, semua galeri hanya akan berjuang di pasar existing.

Adapun kolektor tas mewah Rita Efendy menyampaikan bahwa permintaan pasar tas mewah di Indonesia kini tak setinggi beberapa tahun lalu. Hal ini sebab konsumen lebih berhati-hati dan selektif dalam menilai value tas mewah.

Kata Rita, yang paling dicari di Indonesia ialah model tas klasik dan timeless. Selain itu, model tas mewah yang desainnya simpel dan tidak banyak menonjolkan logo alias quiet luxury juga makin diminati.

Pun soal tas mewah berbahan dasar kulit hewan, dia bilang ada banyak tren yang sedang diminati. Misalnya, gaya bucket bag, carryall, atau model shoulder bag tertentu. Hingga saat ini, harga tas kulit mewah cenderung tetap tinggi karena materialnya dan prestise merek.

Daftar Emas Antam Logam Mulia Hari Ini (15/12) Naik Rp 2.000 ke Rp 2.464.000 Per Gram

“Ke depannya, tas luxury masih menarik, terutama buat kolektor items. Tapi orang bakal makin rasional. Nggak asal beli mahal, tapi lebih fokus ke tas yang kualitasnya bagus, langka, dan punya nilai jual lagi,” ujar Rita.

Kemudian CEO Pi-eX Christine Bourron dalam riset Knight Frank Luxury Investment Index Madrid Special Autumn 2025 menyatakan, pasar seni rupa memang terus melemah.

Dalam Pi-eX Auction Market Index (AMI), pendapatan lelang publik di Christie’s, Sotheby’s, dan Phillips turun tajam dari puncaknya pada Februari 2023 sebesar US$ 14 miliar menjadi hanya US$ 8 miliar pada akhir Agustus 2025.

Meski total pasar lelang publik menyusut sejak 2023, namun masih ada sejumlah lelang yang mencetak rekor. Contohnya, karya lukisan Gustav Klimt berjudul Portrait of Elisabeth Lederer yang berhasil terjual di Sotheby’s New York pada 18 November 2025 senilai US$ 236,4 juta.

Ini menjadikannya lukisan kedua termahal secara keseluruhan, serta yang termahal untuk kategori seni modern dalam sejarah lelang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *