
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Seiring meningkatnya aktivitas dan konsumsi masyarakat pada periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026, permintaan terhadap produk unggas seperti daging ayam dan telur berpotensi mengalami kenaikan signifikan. Momentum ini dinilai membuka peluang pertumbuhan kinerja bagi emiten di sektor unggas.
Investment Analyst Edvisor Provina Visindo Indy Naila menilai momentum Nataru dapat menjadi sentimen pendukung bagi emiten unggas, seiring proyeksi konsumsi daging ayam nasional yang masih menunjukkan tren peningkatan dalam jangka menengah.
Sentimen tersebut juga berpeluang mendorong kenaikan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP).
Namun demikian, potensi tersebut perlu diimbangi dengan pengendalian biaya produksi, termasuk stabilitas harga komoditas pakan seperti jagung, agar margin usaha tetap terjaga dalam jangka pendek hingga menengah.
Daftar Emas Antam Logam Mulia Hari Ini (15/12) Naik Rp 2.000 ke Rp 2.464.000 Per Gram
“Investor perlu memantau fundamental perusahaan unggas secara kuartalan untuk ke depannya,” kata Indy kepada Kontan, Minggu (14/12/2025) malam.
Dihubungi terpisah, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai momentum Nataru membuat konsumsi domestik bakal meningkat. Dengan begitu, emiten yang bergerak di sektor non-siklikal, termasuk industri unggas berpeluang memperoleh manfaat dari sentimen musiman tersebut.
Dalam pandangannya, Nafan menjagokan saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) sebagai emiten unggas yang patut dicermati investor.
Pasalnya, kedua emiten tersebut dinilai memiliki likuiditas perdagangan saham yang baik, didukung oleh kinerja fundamental yang terus menunjukkan perbaikan dan prospek pertumbuhan yang progresif.
“Penjualan emiten unggas seperti CPIN dan JPFA diproyeksikan akan stabil selama Nataru 2025,” kata Nafan kepada Kontan, Minggu (14/12/2025).
CPIN Chart by TradingView
Nafan menyarankan akumulasi beli saham CPIN dengan target harga Rp 5.075 dan add saham JPFA pada target harga Rp 2.980 per saham.
Sementara itu, Indy merekomendasikan buy saham CPIN di target harga Rp 5.000 hingga Rp 5.200 per saham.



