
mellydia.co.id — Persebaya Surabaya sudah menghabiskan Rp 38,26 miliar untuk mendatangkan deretan penyerang baru dalam beberapa musim terakhir, tetapi tak satu pun mampu mengulang ketajaman David da Silva.
Green Force terus berputar dalam lingkaran yang sama setiap musim dan kini kembali dihadapkan pada potensi perombakan lini serang di bursa transfer paruh musim 2025/2026.
Performa angin-anginan yang muncul sejak awal musim membuat sektor depan menjadi sorotan utama. Dua striker asing yang digadang-gadang menjadi solusi anyar justru tampil jauh di bawah ekspektasi.
Mihailo Perovic yang memiliki harga pasaran Rp 4,35 miliar baru mencetak dua gol dari 12 pertandingan. Kontribusinya minim dan ritme permainannya tak kunjung stabil meski terus diberi menit bermain.
Situasi Diego Mauricio lebih memprihatinkan karena pemain berharga Rp 4,78 miliar ini hanya tampil dua kali dengan total 34 menit bermain.
: Persebaya Surabaya Makin Boncos! Total Denda Derbi Lawan Arema FC Tembus Rp 250 Juta
Ia kesulitan menemukan bentuk terbaiknya sehingga opsi pergantian di paruh musim semakin menguat.
Jika kedua striker tersebut benar-benar digantikan, maka tumpulnya lini depan Persebaya Surabaya kembali berulang.
Sejak kepergian David da Silva pada 2018, Persebaya Surabaya belum menemukan penyerang dengan daya tahan dan produktivitas stabil.
David da Silva adalah satu-satunya striker yang mampu bertahan lama sejak Persebaya Surabaya kembali ke Super League. Ia memperkuat tim selama tiga musim sejak 2018 hingga 2021 walau sempat dipinjamkan ke Pohang Steelers.
Kepergian DDS meninggalkan lubang besar yang tak kunjung tertutup meski Persebaya Surabaya menggelontorkan dana besar. Setiap striker yang datang selalu berlabel harapan baru, tetapi pergi tanpa meninggalkan jejak istimewa.
: Persebaya dan Persis Berebut Pelatih Miljan Radovic, Siapa yang Akan Menang?
Manu Dzhalilov pernah didatangkan dengan harga pasaran Rp 6,08 miliar pada 2019. Sayangnya, kiprahnya hanya seumur jagung dan berakhir dalam satu musim saja.
Setelah itu Persebaya Surabaya beralih pada Arsenio Valpoort yang sebenarnya bukan penyerang murni dengan harga pasaran Rp 4,35 Miliar. Ia dipaksa berperan sebagai striker tengah oleh Aji Santoso meski performanya tak menunjukkan tanda positif.
Valpoort direkrut per 1 Januari 2022, namun kontraknya diakhiri cepat pada 4 April di tahun yang sama. Kariernya teramat singkat dan menjadi pertanda betapa rumitnya mencari striker ideal untuk Persebaya Surabaya.
Setelah Valpoort, Persebaya Surabaya membidik penyerang-penyerang Brasil yang dianggap memiliki gaya bermain cocok untuk Super League. Jose Wilkson masuk pertama kali pada April 2022, tetapi juga tak bertahan lama.
Wilkson kemudian digantikan Silvio Junior yang datang per 7 Juni 2022. Namun, Silvio hanya bertahan hingga 12 Januari 2023 dan pergi tanpa catatan impresif meski sempat diharapkan menjadi mesin gol baru.
: Persebaya Surabaya Evaluasi Semua Lini! Uston Nawawi Siapkan Taktik Mematikan Hadapi Borneo FC
Harga pasaran Jose Wilkson dan Silvio Junior kala itu mirip dengan Arsenio Valpoort yaitu Rp 4,35 Miliar.
Nama berikutnya yang datang adalah Paulo Victor. Ia bergabung pada 11 Januari 2023, tetapi juga pergi cepat pada 1 November tahun yang sama.
Harga pasaran Paulo Victor sebesar Rp 3,48 miliar tak sebanding dengan kontribusinya di lapangan. Ia menjadi bagian dari daftar panjang striker yang hanya mampir sebentar tanpa meninggalkan dampak berarti.
Setelah itu Persebaya Surabaya mencoba peruntungan dengan mendatangkan Paulo Henrique. Eks bomber Persiraja ini dianggap punya pengalaman di Super League sehingga adaptasinya diyakini lebih mudah.
Namun perjalanan Paulo Henrique yang berharga Rp 1,74 miliar juga tak berjalan mulus. Ia masuk per 15 November 2023 dan dilepas per 16 Agustus 2024 setelah tampil setengah musim lebih.
: 7 Motor Skutik Irit yang Cocok untuk Harian
Masuknya Flavio Silva dari Guinea-Bissau menjadi babak baru dalam pencarian striker ideal. Flavio dengan harga pasaran Rp 4,78 miliar diharapkan membawa warna berbeda, tetapi hingga kini ketajamannya belum konsisten.
Deretan pergantian ini menunjukkan betapa rapuhnya fondasi lini depan Persebaya Surabaya sejak era David da Silva berakhir. Setiap musim selalu menghadirkan harapan tetapi berakhir dengan kekecewaan yang sama.
Total pengeluaran Rp 38,26 miliar seolah lenyap tanpa memberikan hasil maksimal. Persebaya Surabaya masih terus mencari sosok yang bisa menjadi ujung tombak mumpuni sekaligus bertahan lama dengan seragam hijau.
Melempemnya striker ini semakin terasa ketika performa tim ikut terpengaruh oleh mandulnya lini serang. Gol yang minim membuat Persebaya Surabaya kesulitan mengontrol pertandingan dan sering kehilangan poin penting.
Kini bursa transfer paruh musim kembali menjadi momen genting bagi manajemen dan pelatih. Perombakan besar mungkin tak terhindarkan demi menyelamatkan sisa musim.
Persebaya Surabaya harus bergerak cepat sebelum performa merosot lebih dalam. Tim butuh penyerang yang bukan hanya mahal tetapi juga efektif, haus gol, dan mampu membawa stabilitas jangka panjang.
Selama pencarian itu belum berakhir, tumpulknya striker Persebaya Surabaya akan terus menjadi bayang-bayang yang menghantui setiap pergantian musim.
Green Force harus menemukan cara memutus siklus itu agar cerita pahit ini tak berulang lagi.



