PGAS andalkan proyek strategis untuk 2026, simak rekomendasinya

Posted on

mellydia.co.id JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) atau PGAS Subholding Gas Pertamina membukukan kinerja yang tak seragam antara laba dan pendapatan pada Januari–September 2025.

Efisiensi operasional sembari menjaga percepatan proyek strategis dinilai bisa menjadi penyokong agar prospek fundamental PGAS tetap terangkat di tahun 2026.

Berdasarkan laporan keuangan, PGAS sepanjang Januari–September 2025 mencatat pendapatan US$ 2,92 miliar, meningkat 3,78% dibanding US$ 2,82 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Hanya saja, beban pokok pendapatan turut meningkat 8,59% year on year (YoY) menjadi US$ 2,42 miliar. Dari sisi bottom line, laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih PGAS susut 9,68% dari US$ 263,38 juta menjadi US$ 237,89 juta.

Transisi Energi Melalui FSRU Topang Kinerja PGN (PGAS), Cermati Rekomendasi Sahamnya

PGAS mencatat performa tak seragam antara top line dan bottom line pada 9M25. Soal ini, Nafan Aji Gusta, Senior Investment Analyst Mirae Asset Sekuritas, bilang PGAS masih perlu melakukan optimalisasi dan peningkatan efisiensi di segala lini operasi.

“Jadi nanti ke depannya juga diharapkan laba bersihnya bisa sustain, bahkan bisa tumbuh,” ujar Nafan kepada Kontan, Rabu (10/12/2025).

Selain itu, Nafan melihat proyek-proyek strategis PGAS menunjukkan kemajuan solid sepanjang sembilan bulan, sejalan dengan rencana kerja yang telah ditetapkan.

Proyek transportasi minyak kini memasuki tahap engineering, procurement, and construction (EPC) menuju proses pengelasan. Sementara proyek biometana telah mencapai 5% dari fase konstruksi. Di sisi lain, pembangunan jaringan kota gas terus berlanjut dan telah mencapai 26.182 jaringan hingga kuartal III.

Pun proyek LNG Hub Arun juga mencatat progres signifikan, dengan pembangunan tangki mencapai 86% dan fasilitas non-tangki 97%, yang menempatkannya di jalur yang tepat untuk mulai beroperasi pada akhir 2025.

“Ini diharap PGAS bisa meningkatkan percepatan akselerasi pengembangan proyek LNG Hub Arun supaya terealisasi sesuai target. Sehingga bisa mendorong fundamental PGAS tahun 2026,” lanjut Nafan.

Sementara itu, analis J.P. Morgan Sekuritas Indonesia Henry Wibowo, Arnanto Januri, dan Sumed Samant mengatakan bahwa tim komoditas global J.P. Morgan memperkirakan harga minyak akan turun pada 2026 karena keseimbangan suplai-permintaan akan beralih ke surplus.

PGN (PGAS) Tak Terdampak Langsung Volatilitas Harga Gas Alam, Simak Rekomendasinya

Peralihan dari suplai gas konvensional ke LNG untuk pelanggan HGBT bersifat menaikkan margin bagi PGAS, karena harga jual LNG tidak terikat aturan harga regulasi.

Margin LNG diperkirakan meningkat jadi US$ 2/mmbtu, dibanding sekitar US$ 1/mmbtu untuk gas konvensional HGBT.

Berdasarkan perhitungannya, kondisi ini bakal memberikan kontribusi kenaikan laba 5% untuk PGAS. Harga jual LNG ke pelanggan memiliki lag satu kuartal, sementara PGAS membeli LNG dari pasar spot dengan indeks harga minyak (slope sekitar 16%).

“Dengan begitu, estimasi laba tahun 2026 akan kami perkirakan 9% lebih tinggi dari konsensus, seiring asumsi margin US$ 2/mmbtu tetap terjaga,” ujar Henry, Arnanto, dan Sumed dalam riset, 2 Desember 2025.

Lebih lanjut, Tim Riset Ina Sekuritas Indonesia mencatat volume perdagangan dan penjualan gas turun secara tahunan karena produsen besar mengurangi pasokan dan permintaan pelanggan melemah.

Namun, sepanjang periode tersebut, gas pipa masih mendominasi pasokan sebesar 90%, sementara LNG berkontribusi 10%. Dari sisi pemasok, Grup Pertamina menyumbang 42% pasokan, dengan sebagian besar sisanya berasal dari Blok Corridor.

Permintaan terutama berasal dari industri listrik, kimia, keramik, makanan, kaca, dan metal. Volume transmisi meningkat seiring kenaikan aliran gas ke kilang di Kalimantan, pembangkit listrik di Jawa, dan kawasan industri di Jawa Timur.

Aktivitas regasifikasi LNG dan pemrosesan LPG juga membaik. Maka, prospek jangka pendek PGAS akan tetap stabil namun juga cenderung mixed.

  PGAS Chart by TradingView  

Rentang gas spread diproyeksikan berada pada level US$ 1,6–US$1,8 per mmbtu pada tahun 2025, dengan potensi volatilitas kuartalan seiring meningkatnya porsi LNG dalam struktur pasokan, dari sekitar 11% saat ini hingga bisa mencapai 24% pada tahun 2026. Perubahan ini dikhawatirkan menekan daya beli pelanggan karena biaya LNG yang lebih tinggi.

“Perdagangan spread dan transmisi gas diperkirakan tetap tangguh, meski keterbatasan pasokan akan terus menekan kinerja,” terang Tim Riset Ina Sekuritas dalam risetnya, 14 November 2025.

Dengan berbagai sentimen dan katalis di atas, Ina Sekuritas memberikan rekomendasi Neutral saham PGAS dengan target harga Rp 1.900 per saham.

Kemudian, analis J.P. Morgan Sekuritas merekomendasikan investor untuk Overweight saham PGAS dengan target harga Rp 2.200 per saham.

Sedang Nafan memberikan rekomendasi Add saham PGAS dengan target harga Rp 1.965 per saham.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *