Ngawurnya FIFA, pilih duel 2 negara Muslim di Piala Dunia 2026 sebagai laga perayaan LGBTQ+

Posted on

mellydia.co.id – FIFA kembali menuai kontroversi setelah memilih duel dua negara mayoritas Muslim di Piala Dunia 2026 sebagai laga perayaan LGBTQ+.

Induk sepak bola dunia itu berencana menggelar laga untuk merayakan komunitas LGBTQ+ di Stadion Lumen Field, Seattle.

Disadur dari RMC Sports, laga di Piala Dunia 2026 itu akan bertajuk “Pride Match” dan digelar pada 26 Juni 2025 waktu setempat.

Disebutkan jika “Pride Match” ini akan dilangsungkan sebagai komitmen dari tuan rumah Seattle untuk menciptakan lingkungan yang ramah dan inklusif.

Bahkan rencana ini sudah digagas sejak jauh-jauh hari sebelum FIFA menggelar pengundian fase grup pada Sabtu (6/12/2025) dini hari WIB.

“Pride Match dijadwalkan untuk merayakan dan menampilkan acara-acara Pride di Seattle dan di seluruh negeri, dan telah direncanakan jauh hari sebelumnya,” kata juru bicara organisasi itu.

“Ini merupakan perwujudan, yang dipimpin oleh kota tuan rumah, dari komitmen Seattle dan Negara Bagian Washington untuk menciptakan lingkungan yang ramah dan inklusif, di mana semua orang merasa diterima.”

“Sepak bola memiliki kekuatan unik untuk menyatukan orang-orang lintas batas, budaya, dan keyakinan,” lanjutnya.

Berdasarkan jadwal dan venue yang dirilis FIFA, maka laga “Pride Match” untuk perayaan LGBTQ+ ini akan dilaksanakan di pertandingan antara dua negara Muslim.

Jadwal Lengkap Piala Dunia 2026 – Maraton 72 Partai dalam 17 Hari, dari Jam Begadang sampai Makan Siang

Dilansir dari sumber yang sama, “Pride Match” itu akan digelar di laga Grup G antara Timnas Mesir dan Timnas Iran.

Duel ini dipilih FIFA karena dua negara yang mayoritas penduduknya adalah Muslim itu akan bertarung di Lumen Field, Seattle, pada 26 Juni 2026 waktu setempat.

Ironisnya, Mesir dan Iran merupakan negara yang secara tegas menolak dan menjadikan LGBTQ+ sebagai hal yang ilegal di negaranya.

Di Iran, homoseksual akan dijatuhi hukuman mati berdasarkan hukum pidananya dan mengategorikan hubungan sesama jenis sebagai kejahatan serius.

Sementara Mesir tak mengatur secara eksplisit mengenai LGBTQ+, tetapi hukum yang berkembang di masyarakat menolaknya.

Bahkan negara di bagian Afrika Utara itu menggunakan undang-undang yang lebih luas terkait moralitas dan ketertiban umum untuk LGBTQ+.

Tak mengherankan jika rencana menggelar “Pride Match” di duel Timnas Mesir vs Timnas Iran dianggap ngawur.

Ditakutkan dari rencana ini akan muncul kontroversi di atas lapangan yang bisa merusak gelaran Piala Dunia 2026.

Apalagi dengan kontroversi soal LGBTQ+ yang sempat terjadi pada edisi sebelumnya, yakni Piala Dunia 2022.

Gara-gara Sarung Tangan, Presiden FIFA Minta Maaf kepada Pelatih Lionel Messi

Pada Piala Dunia 2022, beberapa negara peserta seperti Inggris dan enam negara Eropa lainnya berencana menggunakan ban kapten pelangi.

Padahal Qatar selaku tuan rumah melarang penggunaan simbol LGBTQ+ dan juga menganggap kelompok tersebut ilegal.

Hal ini sempat menuai protes dari pesertanya, salah satunya adalah Timnas Jerman yang melakukan aksi tutup mulut sebelum pertandingan.

Namun, kontroversi itu mereda setelah negara-negara Eropa sepakat untuk tidak menggunakan atribut berbau LGBTQ+.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *