
mellydia.co.id — Campur tangan tentara Hungaria di balik perjalanan Ferenc Puskas ternyata menyisakan kisah unik yang kini kembali relevan ketika publik Indonesia menyoroti peluang Rizky Ridho menembus nominasi Puskas Award 2025.
Jejak “Mayor” Puskas seperti membuka ruang imajinasi baru tentang bagaimana seorang pesepak bola bisa melampaui batas identitas profesinya dan menjelma simbol nasional yang mendunia.
Puskas Award lahir pada 20 Oktober 2009 sebagai penghormatan FIFA kepada Ferenc Puskas, sosok yang di negaranya bukan cuma sekadar legenda sepak bola.
Ia juga bagian dari institusi militer setelah seluruh pemain Budapest Honved diberi pangkat resmi ketika klub itu diakuisisi Kementerian Pertahanan Hungaria.
Resep Chawanmushi 40g Protein yang Lembut, Bergizi, dan Super Mudah Dibuat di Rumah
Puskas sendiri menyandang pangkat mayor tanpa pernah terjun ke medan perang dan karakternya di lapangan membuatnya dijuluki “The Galloping Major”.
Gelar itu melekat seiring popularitasnya yang melonjak sejak era 1940-an hingga ia menjelma pemain terbaik Hungaria sepanjang masa.
Kini, cerita itu kembali disorot bersamaan dengan dinamika baru Puskas Award 2025 yang menilai gol-gol tercantik sepanjang 11 Agustus 2024 hingga 2 Agustus 2025.
Aturan teranyar sejak 2024 membuat penghargaan ini hanya diperuntukkan pemain pria, sementara pemain wanita memiliki kategori tersendiri lewat FIFA Marta Award.
Chelsea Diacak-acak Leeds United 1-3, Gary Neville Sebut The Blues Tak Akan Juarai Liga Inggris Musim Ini
Perjalanan Ferenc Puskas
Ferenc Puskas wafat pada 17 November 2006 di usia 79 tahun setelah berjuang melawan pneumonia dan komplikasi Alzheimer.
Sosoknya kemudian makin disakralkan oleh publik Hungaria sebagai ikon budaya sekaligus fondasi kejayaan sepak bola Eropa.
Kisah itu berawal dari Kispest AC, klub masa kecilnya yang kemudian berubah menjadi Budapest Honved setelah diambil alih Kementerian Pertahanan.
Para pemain otomatis tercatat sebagai bagian dari tentara dan perubahan identitas ini membuat Puskas tampil seperti komandan lapangan yang memimpin satuan tempur.
Pada musim 1947/1948, Puskas meledak dengan 50 gol dan 9 assist dalam 31 laga bersama Honved sehingga namanya langsung menghiasi panggung Eropa.
Pemerintah Komunis Hungaria kemudian memanfaatkan popularitas timnas yang diperkuat Puskas sebagai alat politik lewat “Sepak Bola Sosialis”.
Rumor Neymar ke Manchester United Menguat Seiring Evaluasi Klub Terhadap Kebutuhan Lini Serang
Puskas memimpin Hungaria mempersembahkan medali emas Olimpiade 1952 dan menjadi pusat taktik “Magical Magyar”.
Skema menyerang bersama dan bertahan bersama yang ia jelaskan sebagai cikal bakal total football menjadikan Hungaria acuan gaya bermain modern.
Puncaknya terjadi pada 1953 ketika Hungaria menang 6-3 atas Inggris di Wembley sebelum kembali menghajar mereka 7-1 di Budapest.
Dua laga itu mengubah peta sepak bola dunia dan memantapkan reputasi Puskas sebagai maestro yang tak terbantahkan.
Hungaria menjadi favorit Piala Dunia 1954 setelah melumat Jerman Barat 8-3 dan membungkam Brasil 4-2, tetapi takdir berbelok di final ketika mereka tumbang 2-3 pada duel yang dikenang sebagai “Miracle of Bern”.
Inilah 5 Zodiak yang Disebut Akan Dibelit Kemakmuran Dahsyat dalam Waktu Dekat
Meski kalah, Puskas tetap dinobatkan sebagai pemain terbaik turnamen berkat pengaruhnya yang dominan.
Ia mengalami babak baru pada 1956 ketika pemberontakan terhadap rezim Komunis meletus dan para pemain Honved memilih tidak pulang ke Hungaria.
Puskas lalu menetap di Spanyol, terkena sanksi dua tahun, namun akhirnya bergabung dengan Real Madrid dan kembali bersinar.
Bersama Alfredo Di Stefano, ia meraih lima gelar La Liga, tiga gelar European Cup, empat gelar El Pichichi, dan mencetak 244 gol dalam 262 pertandingan.
Puskas bahkan sempat membela Spanyol pada Piala Dunia 1962 meski tak mencetak gol untuk La Furia Roja.
Warisan Puskas kini tertanam dalam stadion nasional, klub Puskas Akademia FC, dan tentu penghargaan Puskas Award yang tiap tahun memicu perbincangan global.
Gol-gol indah dari seluruh dunia bersaing menempati daftar nominasi dan membuka peluang bagi bintang-bintang baru, termasuk dari Asia Tenggara.
Di sinilah nama Rizky Ridho mulai masuk radar publik karena sejumlah aksinya dalam periode penilaian Puskas Award 2025 dianggap punya kualitas visual yang mencuri perhatian.
Rosé BLACKPINK dan Bruno Mars Lewat APT. Raih 4 Kategori di Apple Music 2025
Keberanian Ridho untuk menembak dari situasi sulit membuat banyak orang membandingkannya dengan sisi “galloping” ala Puskas yang identik dengan keberanian mengambil keputusan besar.
Jejak Puskas sebagai mayor tentara sekaligus legenda sepak bola memperlihatkan perjalanan menuju abadi bisa datang dari tempat yang tak terduga.
Kisah itu kini menjadi latar inspiratif bagi siapa pun yang ingin memahat sejarah, termasuk Rizky Ridho yang mulai disebut-sebut siap mengikuti langkah simbolik sang Galloping Major.



