Rupiah Hari Ini: Data Ekonomi AS Pengaruhi Gerak Rupiah Kamis?

Posted on

JAKARTA, mellydia.co.id – Rupiah menunjukkan sinyalemen kurang menggembirakan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari Rabu (3/12). Data pasar spot memperlihatkan pelemahan tipis sebesar 0,02%, menempatkan nilai rupiah di Rp 16.628 per dolar AS.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) melalui kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), mencatat nilai rupiah tetap stagnan di angka Rp 16.632 per dolar AS, sama seperti hari sebelumnya.

Lukman Leong, Analis Doo Financial Futures, menjelaskan bahwa pergerakan rupiah cenderung mendatar sepanjang hari akibat minimnya rilis data ekonomi. Investor memilih sikap *wait and see*, menantikan data penting dari Institute for Supply Management (ISM) AS yang akan dirilis malam ini.

“Indeks dolar AS sendiri masih terlihat tertekan, dan data ISM malam ini berpotensi melanjutkan tren data-data lemah AS sebelumnya,” ungkap Lukman kepada Kontan, Rabu (3/12).

Kinerja Jaya Ancol (PJAA) Tumbuh Moderat, Begini Rekomendasi Analis

Lebih lanjut, Lukman memprediksi bahwa rupiah berpotensi mengalami penguatan terbatas terhadap dolar AS pada perdagangan esok hari (4/12), dengan perkiraan rentang pergerakan antara Rp 16.550 hingga Rp 16.700 per dolar AS.

Di sisi lain, pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menyoroti faktor pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia sebagai salah satu pendorong pergerakan rupiah.

Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) berpendapat bahwa Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut, dengan potensi penurunan suku bunga kebijakan hingga 50 basis poin.

“OECD mencatat bahwa siklus penurunan suku bunga yang dimulai pada Agustus 2024 telah menurunkan BI rate dari 6,25% menjadi 4,75%,” jelas Ibrahim, Rabu (3/12).

Namun, dampak penurunan suku bunga tersebut belum sepenuhnya terasa pada suku bunga kredit perbankan maupun imbal hasil obligasi korporasi, yang penurunannya masih sangat kecil dibandingkan awal periode pelonggaran. Pertumbuhan kredit juga dinilai masih jauh di bawah rata-rata historis sebelum pandemi dan sebelum siklus pelonggaran dimulai.

Dengan ekspektasi inflasi yang stabil dan proyeksi permintaan domestik yang stabil, OECD melihat peluang pelonggaran tambahan masih cukup terbuka. Meski demikian, OECD menekankan pentingnya pendekatan berbasis data (*data-dependent*) agar BI dapat menyeimbangkan antara upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan kewaspadaan terhadap risiko inflasi, terutama yang berasal dari depresiasi rupiah terhadap dolar AS yang mencapai sekitar 3% sejak awal tahun. Pelemahan kurs ini sebagian disebabkan oleh menyempitnya selisih suku bunga dengan negara maju.

Ibrahim memproyeksikan bahwa rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan esok hari (4/12), namun diperkirakan akan ditutup melemah di rentang Rp 16.620 – Rp 16.640 per dolar AS.

IHSG Terkoreksi 0,06% ke 8.611 pada Rabu (3/12), DSSA, MBMA, AMMN Top Losers LQ45

Ringkasan

Rupiah menunjukkan pelemahan tipis terhadap dolar AS, berada di Rp 16.628 per dolar AS menurut data pasar spot. Pergerakan rupiah cenderung mendatar karena minimnya rilis data ekonomi, dengan investor menunggu data dari Institute for Supply Management (ISM) AS. Analis memperkirakan potensi penguatan terbatas rupiah esok hari dengan rentang Rp 16.550 hingga Rp 16.700 per dolar AS.

Faktor pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia turut mempengaruhi pergerakan rupiah. OECD menilai BI masih memiliki ruang untuk melonggarkan kebijakan moneter. Meski demikian, OECD menekankan pentingnya pendekatan berbasis data untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan risiko inflasi, terutama akibat depresiasi rupiah terhadap dolar AS. Rupiah diperkirakan akan fluktuatif dan ditutup melemah di rentang Rp 16.620 – Rp 16.640 per dolar AS.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *