mellydia.co.id JAKARTA. Harga perak terus menunjukkan tren positifnya, bahkan berhasil melampaui rekor tertinggi dengan mencapai US$ 56,41 per ons troi. Kenaikan ini dipicu oleh kekhawatiran yang semakin besar terkait pasokan perak global, serta meningkatnya ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) di masa mendatang.
Menurut data dari Tradingeconomics pada Minggu (30/11), persediaan perak di Tiongkok telah menyusut hingga mencapai titik terendah dalam satu dekade terakhir. Hal ini disebabkan oleh pengiriman perak dalam jumlah besar ke London, yang dipicu oleh pengetatan pasokan yang sedang berlangsung. Sementara itu, ekspor perak dari Tiongkok justru melonjak ke level tertinggi sepanjang sejarah, mencapai lebih dari 660 ton pada bulan Oktober.
Dari sisi kebijakan moneter, pasar saat ini memperkirakan probabilitas sekitar 85% untuk terjadinya penurunan suku bunga The Fed yang ketiga pada bulan Desember. Selain itu, pasar juga mengantisipasi tiga kali penurunan suku bunga tambahan hingga akhir tahun 2026.
Ekspektasi pasar ini semakin menguat setelah muncul laporan bahwa Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, Kevin Hassett, menjadi kandidat kuat untuk menduduki kursi ketua The Fed berikutnya. Pemilihan Hassett dipandang sejalan dengan preferensi mantan Presiden AS Donald Trump untuk menerapkan kebijakan suku bunga yang lebih rendah.
Sejak bulan Oktober, harga perak telah berulang kali menguji rekor tertinggi. Ketidakpastian ekonomi global, prospek kebijakan moneter yang lebih longgar, dan pengetatan pasokan fisik terus menjadi faktor pendorong utama yang memperkuat permintaan terhadap logam mulia ini. Dengan kombinasi faktor-faktor tersebut, prospek harga perak ke depan masih terlihat cerah.
Ringkasan
Harga perak mencetak rekor tertinggi karena kekhawatiran pasokan global dan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed. Persediaan perak di Tiongkok menipis drastis sementara ekspornya melonjak. Pasar memperkirakan penurunan suku bunga The Fed lebih lanjut.
Ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga menguat setelah munculnya kandidat kuat untuk ketua The Fed yang mendukung kebijakan suku bunga rendah. Ketidakpastian ekonomi, prospek kebijakan moneter longgar, dan pengetatan pasokan menjadi pendorong utama permintaan perak.



